REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai figur publik yang aktif, Yura Yunita menyadari betul pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental agar dapat terus berkarya secara produktif. Baginya, aktivitas fisik dan menjaga pola makan adalah dua pilar utama dalam kesehariannya.
Dalam konferensi pers perayaan ulang tahun Betadine yang ke-50, Yura mengungkapkan komitmennya terhadap gaya hidup sehat. Baginya, olahraga adalah bagian tak terpisahkan dari rutinitasnya.
"Sebagai penyanyi yang aktif olahraga, pencinta alam, penting untuk terus olahraga, tiga sampai lima kali sepekan," ujar Yura pada Selasa (20/8/2025).
Jadwal olahraga yang teratur ini menjadi kunci baginya untuk menjaga stamina dan energi yang dibutuhkan dalam setiap penampilan. Selain olahraga, ia juga sangat memperhatikan asupan nutrisi. Yura percaya bahwa waktu makan yang tepat dan konsumsi air putih yang cukup memegang peranan krusial.
"Makan tepat waktu, menurutku jam makan itu yang sangat penting, minum air putih yang banyak," kata dia.
Kegiatan aktif Yura ternyata sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Ia menceritakan bahwa sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang sangat aktif dan tidak bisa diam. Berbagai aktivitas seperti menari, mendaki, tenis, hingga latihan bernyanyi sudah menjadi bagian dari hidupnya. Kondisi ini membuat orang tuanya selalu merasa khawatir akan kemungkinan Yura terluka.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, orang tua Yura selalu menyediakan antiseptik sebagai pertolongan pertama. "Aku bener-bener anak kecil yang aktif enggak bisa diem bener-bener lari, naik gunung, nari, tenis, olahraga, segala macem olahraga itu aku lakuin, selain juga latihan nari dan latihan nyanyi. Jadi mama aku sedia antiseptik Betadine sebelum aku terluka," kata Yura.
Yura juga menyoroti pentingnya menjaga kesehatan mental, yang menurutnya berjalan selaras dengan kesehatan fisik. Gaya hidup sehat ia jalani sebagai bentuk pencegahan, bukan hanya untuk fisik tetapi juga untuk kesejahteraan mentalnya. Ia percaya bahwa menjaga keduanya secara seimbang akan menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik.
Meskipun selalu berupaya menghindari cedera, Yura memiliki pandangan positif tentang luka. "Luka bukan kelemahan atau tanda rapuh, tapi tanda bahwa kita terus hidup dan tumbuh," ujarnya.
Pengalaman serupa juga dirasakan oleh Benyamin Wuisan, Country Head iNova Pharmaceuticals Indonesia. Ia menceritakan bagaimana luka masa kecil sering kali menyisakan trauma. "Waktu saya kecil itu mainnya main sepeda, saat jatuh dikasih obat merah, saya teriak-teriak sama bapak saya. Itu menjadi trauma," ujar Benyamin. Pengalamannya ini membuat ia sangat menghargai produk antiseptik yang tidak menyebabkan rasa perih.