Selasa 19 Aug 2025 20:15 WIB

Stop Pakai Sabun Biasa! Ini Alasan Area Kewanitaan Rentan Infeksi

Banyak perempuan masih keliru membersihkan area intim mereka dengan sabun biasa.

Rep: Mg161/ Red: Qommarria Rostanti
Area kewanitaan (ilustrasi). Banyak perempuan masih keliru membersihkan area intim mereka dengan sabun mandi biasa karena beranggapan sabun dapat membuat area tersebut lebih bersih dan wangi.
Foto: www.freepik.com
Area kewanitaan (ilustrasi). Banyak perempuan masih keliru membersihkan area intim mereka dengan sabun mandi biasa karena beranggapan sabun dapat membuat area tersebut lebih bersih dan wangi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Area kewanitaan memiliki mekanisme perlindungan alami yang sangat unik dan sensitif. Tingkat keasaman (pH) di bawah tujuh yang dimiliki bertindak sebagai benteng pertahanan dari bakteri berbahaya.

Meski begitu, banyak perempuan masih keliru membersihkan area intim mereka dengan sabun mandi biasa karena beranggapan sabun dapat membuat area tersebut lebih bersih dan wangi. Padahal, tindakan ini justru dapat merusak keseimbangan alami yang sangat penting itu.

Baca Juga

Edukator kesehatan profesional dr Gia Pratama, mengatakan sabun memiliki sifat basa yang dapat mengubah pH asam di area kewanitaan menjadi basa, sehingga menjadikannya lebih rentan terhadap infeksi. "Area kewanitaan itu diciptakan asam dengan pH di bawah tujuh, untuk mencegah bakteri bisa bertahan. Sabun itu basa, jadi kalau banyak menggunakan sabun akan mengubah pH yang asam menjadi basa, sehingga lebih gampang terinfeksi," ujarnya pada acara konferensi pers "50 Tahun Betadine di Indonesia" di Jakarta pada Selasa (19/8/2025).

Dia mengatakan penggunaan antiseptik harus dilakukan secara bijak. Antiseptik hanya boleh digunakan saat ada indikasi infeksi, seperti keputihan yang tidak normal. Dia memaparkan bahwa keputihan sebenarnya adalah hal yang normal selama tidak berbau, tidak terasa lengket, dan tidak menyebabkan gatal. Namun, jika keputihan mulai menunjukkan tanda-tanda seperti bau tak sedap dan tekstur yang lengket, itu biasanya merupakan indikasi adanya infeksi jamur.

Infeksi ini bisa disebabkan oleh tiga jenis mikroba yakni bakteri, virus, dan jamur. Ia menjelaskan perbedaan cara kerja masing-masing mikroba. "Kalau bakteri cara kerjanya itu gentleman, dan tidak pernah menyerang sel tubuh, hanya ambil makanan yang dibutuhkan sel tubuh," kata dia.

Berbeda dengan bakteri, jamur justru tidak membutuhkan makanan, melainkan langsung menyerang sel-sel tubuh secara spesifik. Jamur adalah mikroba yang sangat menyukai lingkungan lembap, dan area kewanitaan yang lembap adalah tempat ideal bagi jamur untuk berkembang biak.

Oleh karena itu, ketiga faktor tersebut yakni bakteri, virus, dan jamur menjadikan kebersihan area kewanitaan sebagai hal yang sangat penting. Namun, kebersihan tersebut harus dijaga dengan cara yang tepat, yaitu cukup menggunakan air bersih, bukan sabun mandi biasa. Dia  menyarankan untuk tidak membersihkan secara berlebihan, karena tubuh memiliki sistem pertahanan alami yang berfungsi dengan baik jika tidak diganggu. Menggunakan sabun mandi biasa justru akan mengganggu sistem tersebut dan berisiko menimbulkan masalah baru yang tidak diinginkan.

Selama 50 tahun, Betadinemenjadisalah satu merek antiseptik di Indonesia. Berawal dari formulasi povidone-iodine yang diperkenalkan pada tahun 1963, produk ini dengan cepat menjadi andalan di berbagai fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit dan klinik, hingga di dalam rumah tangga untuk pertolongan pertama pada luka. Kepercayaan masyarakat terhadap Betadine tidak lepas dari efektivitasnya dalam mencegah infeksi dan membantu proses penyembuhan luka.

Di bawah naungan iNova Pharmaceuticals, Betadine kini tidak hanya dikenal sebagai produk untuk mengobati luka. Merek ini berinovasi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat, termasuk produk untuk perawatan area kewanitaan dan saluran pernapasan atas. 

Dalam refleksinya, CEO iNova Pharmaceuticals, Dan Spira, mengatakan Indonesia bukan hanya pasar penting, tetapi juga sumber inspirasi. "Ini adalah negara dengan semangat kolektif yang luar biasa, mulai dari ketangguhan, kepedulian, hingga kekuatan komunitas," ujarnya.

Chief Global Brands & Innovation Officer iNova Pharmaceuticals, Filomena Maiese, mengatakan kunci keberlanjutan produk antiseptik ini adalah kemampuannya menjawab kebutuhan lokal melalui inovasi. "Melalui pendekatan inovatif yang unik, kami berupaya memahami kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara menyeluruh," kata dia.

Country Head iNova Pharmaceuticals Indonesia Benyamin Wuisan mengatakan kepercayaan yang telah dibangun selama lima dekade akan menjadi fondasi untuk menghadapi tantangan baru pada masa depan. "Kami yakin dengan produk kesehatan yang tepat, masa depan di bidang kesehatan menjadi era kolaboratif, inovasi yang berkelanjutan, dan dapat meningkatkan kualitas hidup bersama," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement