REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penulis dan konselor psikologi berbasis Asmaul Husna, Chichi Sukardjo, meluncurkan program pemulihan jiwa bertajuk “Tetap Hidup Walau Dengan Luka: Sebuah Ruang Pulih Berbasis Asmaul Husna dan Self-Coaching” di Galeri Rumah Jawa, Kemang, Jakarta Selatan, Ahad (23/11). Program ini dirancang sebagai ruang aman bagi mereka yang mengalami trauma mental, dengan menempatkan Asmaul Husna sebagai metode utama untuk menenangkan dan menata kembali kondisi psikologis.
Peluncuran program dibuka oleh Hanna Djumhana Bastaman, tokoh Psikologi Islami Indonesia yang sekaligus perintis konsep Psikologi Islami. Hanna mengapresiasi langkah Chichi yang menghadirkan pendekatan pemulihan jiwa yang lembut, sederhana, dan mudah diterapkan oleh masyarakat. Ia menilai penggunaan Asmaul Husna sebagai teknik pemulihan membantu individu kembali menemukan ketenangan setelah mengalami tekanan atau pengalaman traumatis. “Pendekatan ini membumi dan relevan untuk semua generasi,” ujar Hanna.
Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Dr. Syahganda Nainggolan, menyebut karya dan program Chichi sebagai gerakan literasi psikologis–spiritual yang penting untuk diperluas. Ia menilai masyarakat membutuhkan cara pemulihan yang aman, terarah, dan tidak menghakimi, terutama bagi mereka yang sulit mengakses layanan profesional. “Ini gerakan literasi psikologis–spiritual yang sangat dibutuhkan publik,” kata Syahganda.
Dalam kesempatan itu, Chichi memperkenalkan tiga buku yang menjadi fondasi programnya, yaitu Self Coaching GREAT, Bahagia Dengan Stres, dan 1st Aid Asmaul Husna. Melalui tiga buku tersebut, Chichi menekankan pentingnya teknik “Napas 1 Menit Asmaul Husna” sebagai pertolongan pertama psikologis yang bisa dilakukan siapa saja ketika menghadapi kecemasan, tekanan, atau gejala trauma. Ia mengutip QS Al-A’raf (7):180 sebagai landasan spiritual dari metode yang ia kembangkan.
Menurut Chichi, setiap orang membawa lukanya masing-masing, dan tidak semua trauma dapat hilang sepenuhnya. Namun ia menegaskan bahwa pemulihan tetap mungkin dilakukan melalui latihan-latihan sederhana yang mengembalikan seseorang kepada kesadaran Ilahi. “Dengan satu menit napas Asmaul Husna, kita belajar bersandar, berdamai, dan tetap berjalan meski pelan,” ujarnya dalam peluncuran tersebut.
Program ini juga didedikasikan untuk mendukung kegiatan sosial pendidikan, antara lain membantu guru honorer serta penyediaan sarana belajar seperti laptop dan komputer bagi siswa di Desa Pulukan, Bali, dan Desa Burungayun, Garut. Chichi menuturkan seluruh keuntungan penjualan buku akan dialokasikan untuk inisiatif tersebut.
Acara peluncuran ditutup dengan ajakan Chichi kepada peserta untuk terus merawat kesehatan jiwa di tengah beratnya tantangan hidup. Ia menekankan bahwa proses pulih bukan berarti menghapus luka, tetapi menenangkan dan menatanya. “Tidak semua luka bisa hilang, tetapi setiap luka bisa ditenangkan dengan tetap memilih untuk bernapas,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta yang hadir.