Ahad 23 Nov 2025 18:15 WIB

Studi: Kesepian di Masa Kecil Bisa Tingkatkan Risiko Demensia Saat Dewasa

Temuan ilmiah menunjukkan pengalaman emosional awal dapat memicu penurunan kognitif.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Rasa kesepian yang dialami pada masa kanak-kanak dapat membawa dampak jangka panjang pada kesehatan otak, termasuk meningkatkan risiko demensia hingga 41 persen di usia dewasa. (ilustrasi)
Foto: msndegree.com
Rasa kesepian yang dialami pada masa kanak-kanak dapat membawa dampak jangka panjang pada kesehatan otak, termasuk meningkatkan risiko demensia hingga 41 persen di usia dewasa. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa kesepian yang dialami pada masa kanak-kanak dapat membawa dampak jangka panjang pada kesehatan otak, termasuk meningkatkan risiko demensia hingga 41 persen di usia dewasa. Hal ini merujuk pada studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Network Open.

Penelitian yang menggunakan data dari China Health and Retirement Longitudinal Study (CHARLS) ini menunjukkan bahwa individu yang merasa kesepian sebelum usia 17 tahun mengalami penurunan fungsi kognitif yang lebih cepat ketika memasuki usia paruh baya dan lanjut usia.

Baca Juga

Tim peneliti yang dipimpin oleh Jingi Wang mendefinisikan kesepian masa kecil sebagai perasaan terisolasi yang terjadi berulang serta tidak memiliki teman dekat sebelum usia 17 tahun. Dari 17.707 peserta awal, peneliti menganalisis data 13.592 orang berusia 45 tahun ke atas yang memiliki catatan lengkap hingga 2018. Peserta berusia rata-rata 58 tahun pada awal penelitian dan lebih dari separuhnya adalah perempuan.

Hasilnya menunjukkan pola yang konsisten: mereka yang melaporkan kesepian di masa kecil memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami demensia dan menunjukkan penurunan kognitif yang lebih cepat saat memasuki usia 50–60 tahun.

Penurunan kognitif ringan merupakan bagian dari proses penuaan normal mulai dari melambatnya memori hingga menurunnya kemampuan memproses informasi. Namun demensia merupakan kondisi yang jauh lebih parah, dengan penurunan tajam pada memori, bahasa, dan kemampuan berpikir akibat kerusakan sel otak, termasuk yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer.

Meskipun belum ada obat untuk demensia, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa aktivitas fisik, stimulasi mental, serta interaksi sosial dapat membantu memperlambat penurunan tersebut.

Peneliti juga menemukan bahwa kesepian di usia dewasa hanya menjelaskan sebagian kecil dari hubungan antara kesepian masa kecil dan penurunan kognitif. Kesepian di masa dewasa menyumbang 8,5 persen pada percepatan penurunan kognitif dan 17,2 persen pada peningkatan risiko demensia, namun kesepian masa kecil tetap menjadi faktor risiko mandiri.

“Temuan ini menunjukkan bahwa kesepian pada masa kanak-kanak dapat bertindak sebagai faktor risiko independen terhadap penurunan kognitif dan demensia di usia lanjut,” kata para peneliti seperti dilansir dari Hindustan Times, Ahad (23/11/2025).

Akan tetapi, studi ini masih memiliki keterbatasan, yaitu catatan mengenai kesepian masa kecil tidak dikumpulkan saat peserta masih kecil, tetapi berdasarkan ingatan mereka setelah berusia 45 tahun. Peneliti juga mengakui adanya kemungkinan bias ingatan, namun menegaskan pola hubungan yang ditemukan cukup kuat untuk ditindaklanjuti dalam penelitian lanjutan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement