Sabtu 01 Nov 2025 11:11 WIB

Kurang Tidur Bukan Hal Sepele, Peneliti Temukan Kaitannya dengan Demensia

Penderita insomnia berrisiko 40 persen lebih tinggi alami gangguan kognitif.

Ilustrasi tidur.
Foto: www.freepik.com
Ilustrasi tidur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengatasi insomnia bukan hanya soal melawan rasa kantuk di siang hari, tetapi juga dapat membantu melindungi otak dari penuaan dan risiko demensia di masa depan. Hal ini diungkap dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Neurology pada Rabu (10/9/2025).

Gangguan tidur merupakan kondisi yang umum terjadi. Menurut Akademi Kedokteran Tidur Amerika, sekitar 12 persen warga AS telah didiagnosis mengalami insomnia kronis.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Berbeda dengan faktor genetik atau kondisi biologis lain yang sulit dikendalikan, insomnia termasuk gangguan yang dapat diatasi melalui perubahan perilaku. “Pesan utama dari penelitian ini adalah bahwa insomnia kronis bisa menjadi faktor risiko penurunan kognitif yang dapat dimodifikasi,” ujar Dr Diego Carvalho, penulis utama studi sekaligus pakar neurologi dan tidur di Mayo Clinic Center for Sleep Medicine, Minnesota, dikutip dari CNN, Sabtu (1/11/2025).

Penelitian ini melibatkan 2.750 peserta yang menjalani pemeriksaan neurologis dan pencitraan otak tahunan selama sekitar lima tahun, disertai dengan evaluasi kebiasaan tidur. Hasilnya menunjukkan bahwa penderita insomnia memiliki risiko 40 persen lebih tinggi mengalami gangguan kognitif. Namun, mereka yang berhasil memperbaiki durasi tidur atau menggunakan terapi medis tidak menunjukkan penurunan fungsi otak yang sama.

Meski belum bisa dipastikan apakah pengobatan insomnia secara langsung dapat menurunkan risiko tersebut, Carvalho menilai temuan ini membuka peluang baru untuk penelitian lanjutan.

Menurut Dr Rachel Salas, profesor neurologi dari Johns Hopkins University School of Medicine, insomnia bukan hanya kesulitan untuk tidur, tetapi juga mencakup gangguan dalam mempertahankan dan menjaga kualitas tidur. “Insomnia kronis berhubungan dengan peningkatan risiko berbagai gangguan kognitif,” ujarnya.

Tidur yang cukup berperan penting dalam menjaga kesehatan otak. Saat tidur, otak membersihkan sambungan saraf yang tidak dibutuhkan agar tidak kelebihan beban. Proses tidur juga membantu mengeluarkan zat sisa yang menumpuk di otak sepanjang hari. Beberapa di antaranya terkait dengan penyakit Alzheimer.

Selain itu, tidur mendukung proses memori, pengaturan emosi, dan pemulihan otak. Kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas dapat meningkatkan peradangan saraf dan mengganggu plastisitas sinaps, yang berkontribusi pada penurunan kognitif.

Insomnia sering diabaikan...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement