Kamis 20 Nov 2025 17:48 WIB

Dokter Soroti Lonjakan Gangguan Kecemasan dan Depresi pada Remaja

Menurut dokter, banyak remaja yang datang mengakses layanan kesehatan jiwa.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
ilustrasi kesehatan mental. Dokter mengatakan semakin banyak remaja menunjukkan kebutuhan mendesak akan penanganan kesehatan mental.
Foto: Republika/Daan Yahya
ilustrasi kesehatan mental. Dokter mengatakan semakin banyak remaja menunjukkan kebutuhan mendesak akan penanganan kesehatan mental.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis kesehatan jiwa yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr Zulvia Oktanida Syarif mengatakan semakin banyak remaja menunjukkan kebutuhan mendesak akan penanganan kesehatan mental. Menurutnya, kini banyak remaja yang datang mencari bantuan profesional karena mengalami berbagai gangguan emosional dan psikologis.

Zulvia mengatakan temuan tersebut menunjukkan bahwa tingkat kecemasan, depresi, dan gangguan pengendalian emosi di kalangan usia remaja meningkat. "Belakangan ini kami melihat semakin banyak remaja yang datang mengakses layanan kesehatan jiwa. Jadi memang banyak kasus-kasus yang sudah datang ke praktik klinis yang mana sekarang ini tingkat kecemasan, depresi, dan disregulasi emosi yang dirasa meningkat," kata Zulvia pada sesi diskusi di Jakarta, Kamis (20/11/2025).

Baca Juga

Fenomena tersebut, kata dia, selaras dengan temuan PDSKJI yang menyebutkan bahwa terjadi penurunan daya kognitif pada individu di usia remaja, tepatnya di rentang usia 13-24 tahun. "Jadi remaja ini kita teliti fungsi kognitifnya, daya pikirnya, memori, konsentrasi, kemampuan pengambilan keputusan, dan pengendalian impulse, ternyata rendah," ujar dia.

Menurutnya, hal tersebut berkaitan dengan masa perkembangan otak remaja. Maka dari itu, agresivitas, perilaku impulsif, dan kesulitan dalam mengendalikan emosi sering terjadi di kalangan remaja, salah satunya ditunjukkan dengan maraknya perilaku perundungan dan gangguan depresi.

"Akhirnya muncul berbagai masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, yang akhirnya membuat remaja itu memang saat ini sangat rentan untuk mengalami berbagai isu kesehatan mental," ucap Zulvia.

Zulvia menjelaskan bahwa meski penurunan fungsi kognitif terindikasi berhubungan dengan meningkatnya perilaku impulsif pada remaja, hingga kini belum ada penelitian yang membuktikan hubungan sebab-akibat secara langsung. Namun, ia menilai kedua hal tersebut memiliki korelasi karena salah satu peran fungsi kognitif adalah mengendalikan perilaku impulsif.

“Sepertinya ada kaitannya (penurunan kognitif dan perilaku impulsif), tetapi kita masih membutuhkan riset lebih lanjut untuk memastikan korelasinya secara langsung,” kata Zulvia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement