REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perawatan suntik botoks murah di Turkiye berhasil menarik perhatian banyak orang dari berbagai negara. Dengan harga sekitar lima kali lipat lebih murah, perawatan suntik botoks murah ini diklaim dapat menyamarkan kerutan hingga menurunkan berat badan.
Beragam klinik di Turki menawarkan perawatan suntik botoks untuk menurunkan berat badan dengan harga paling murah 850 pounds atau sekitar Rp 16,3 juta. Sebagai perbandingan, prosedur serupa dibanderol dengan harga 4.000 pounds atau sekitar Rp 76,7 juta di Inggris.
Sayangnya, ada risiko yang mengintai para pasien di balik harga perawatan suntik botoks yang murah ini. Seorang pasien dari Norwegia misalnya, meninggal dunia setelah menerima suntikan botoks di Istanbul, Turki.
Dalam kurun waktu satu tahun sebelumnya, European Centre for Disease Prevention and Control mengungkapkan bahwa ada 87 kasus serupa. Namun, belum diketahui apakah kasus kematian yang dialami oleh pasien dari Norwegia tersebut berkaitan dengan 87 kasus sebelumnya.
Seluruh pasien dalam kasus-kasus ini mengalami botulisme. Botulisme merupakan kondisi langka yang diakibatkan oleh jenis bakteri yang dapat memicu kelumpuhan atau bahkan kematian bila tak diobati.
Dari 87 kasus ini, sebanyak 53 kasus dialami oleh pasien yang berasal dari Turki. Sedangkan sekitar 30 kasus lainnya dialami oleh pasien asal Jerman. Dua kasus dialami oleh pasien asal Swiss, satu kasus pada pasien asal Austria, dan satu kasus pada pasien asal Prancis.
Per Juli, otoritas Inggris mengeluarkan peringatan bagi warga Inggris yang hendak berpergian ke Turki untuk menjalani perawatan medis. Peringatan ini dikeluarkan setelah 25 warga Inggris meninggal dunia pascamenjalani perawatan medis di Turki dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Terkait hal ini, otoritas Turki juga sudah melakukan investigasi. Hasil investigasi menunjukkan bahwa sebagian besar kasus botulisme yang dialami oleh pasien berkaitan dengan dua klinik di Turki.
Menurut laporan, seluruh pasien yang mengalami botulisme ini menerima injeksi botoks pada perut. Pemberian suntikan Botox pada area tersebut bertujuan untuk "membekukan" otot-otot sistem pencernaan, sehingga pasien dapat merasa kenyang lebih lama setelah makan. Kemunculan rasa kenyang yang lebih lama ini akan membuat para pasien lebih mudah untuk menurunkan berat badan.
Secara umum, botoks terbuat dari toksin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium botulinum. Toksin ini dikenal sebagai salah satu senyawa biologis yang paling beracun.
Toksin yang diproduksi oleh Clostridium botulinum juga diketahui dapat memicu keracunan yang mengancam jiwa. Keracunan akibat toksin yang diproduksi oleh Clostridium botulinum ini dikenal sebagai botulisme.
Dalam kasus yang sangat langka, injeksi Botox dalam perawatan anti penuaan bisa menyebabkan botulisme. Botulisme bisa terjadi ketika Botox yang diinjeksikan tidak mencapai target yang seharusnya.
Pada botulisme, toksin dari botoks akan menyerang saraf-saraf tubuh dan memunculkan keluhan seperti kesulitan bernapas dan kelumpuhan otot, seperti dilansir The Sun pada Selasa (12/9/2023). Bahkan, kematian bisa terjadi pada sekitar 5-10 persen kasus botulisme yang tak diobati.
Menurut National Health Service, botulisme bisa memunculkan sejumlah gejala. beberapa gejala tersebut adalah kelopak mata lemas, pandangan buram atau ganda, pelemahan otot wajah, kesulitan menelan, bicara pelo, serta kesulitan bernapas.