Sabtu 30 Apr 2022 13:53 WIB

Ternyata Jalan Lebih Cepat Bisa Bikin Panjang Umur

Makin cepat kita berjalan, kemungkinan umur harapan hidup juga makin panjang.

Jalan kaki (ilustrasi). Riset menyebut makin cepat kita berjalan, kemungkinan umur harapan hidup juga makin panjang.
Foto:

Hasil riset yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Communications Biology itu mengambil sampel 405.000 peserta dari UK Biobank. Penelitan terfokus pada kebiasaan berjalan para responden dan mencoba memahami apakah ada kaitan antara kecepatan berjalan dengan panjang telomer. 

Lebih 50 persen responden disebutkan berjalan dengan kecepatan normal, sekitar 40 persen berjalan lebih cepat, dan sekitar 6 persen berjalan lebih lamban dari normal. Para peneliti menemukan orang yang biasa berjalan lebih cepat dari kecepatan rata-rata memiliki telomer lebih panjang dibanding orang yang berjalan lebih lamban dari normal.

Riset lanjutan dengan sampel lebih kecil, sekitar 86.000 orang, menunjukkan kesimpulan yang serupa.

Indikator penting kesehatan individu

Fakta yang paling krusial adalah panjang telomer seseorang tidak mempengaruhi kecepatan mereka berjalan. Melainan sebaliknya, seseorang yang punya kebiasaan berjalan lebih cepat dari normal memiliki telomer lebih panjang.

Thomas Yates, peneliti aktivitas fisik di University of Leicester dan penulis utama hasil riset bersangkutan mengatakan, tim periset memfokuskan penelitian pada kecepatan berjalan dan panjang telomer. "Mereka tidak lagi fokus pada kecepatan jogging atau diet, karena dari riset sebelumnya para peneliti menemukan kecepatan seseorang berjalan menjadi salah satu acuan terkuat dari kesehatan individu," kata Yates.

Dalam riset sebelumnya, tim peneliti menemukan para pejalan cepat dengan gaya hidup relatif tidak sehat memiliki risiko mortalitas lebih rendah dibanding mereka yang berjalan lambat dengan gaya hidup sehat. Namun, premis ini tidak berlaku buat perokok.

"Kita bisa menanyai orang, apa yang mereka makan? Bagaimana aktivitas mereka? Seberapa lama mereka tidur? Pokoknya semua hal terkait kebiasaan dan gaya hidup. Namun, semua itu tidak sepenting kecepatan berjalan," ucap Yates lebih lanjut.

 "Kecepatan berjalan merupakan sinyal dari kebugaran kardiorespirasi seseorang. Ini terkait erat dengan peluang seseorang mengembangkan penyakit kardiovaskular yang mematikan, seperti serangan jantung atau stroke misalnya," kata peneliti aktivitas fisik asal Inggris itu.

WHO melaporkan penyakit kardiovaskular dewasa ini menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Setiap tahunnya sekitar 18 juta orang meninggal akibat penyakit tersebut atau sekitar 32 persen dari seluruh kasus kematian global akibat penyakit.

Intensitas atau Kuantitas?

Riset itu juga menunjukkan intensitas beraktivitas memainkan peranan lebih penting dalam tingkat mortalitas dibanding dengan volume atau kuantitas aktivitas. Ini merupakan kabar baik bagi mereka yang tertarik untuk hidup lebih lama. Pasalnya warga di masyarakat barat, dewasa ini secara umum cenderung inaktif alias malas bergerak. Hasil riset ini diharap bisa membuat mereka rajin bergerak.

"Misalnya memarkir mobil agak jauh dari kantor dan melanjutkan dengan berjalan kaki menuju kantor. Atau keliling supermarket dengan berjalan kaki," saran Yates.

Jika aktivitas berjalan kaki ini dilakukan dengan tempo lebih cepat, diharap terjadi perubahan yang cukup signifikan untuk mereduksi umur biologis kita, dan menambah beberapa tahun umur harapan hidup.

 

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/pejalan-cepat-berumur-lebih-panjang/a-61617770

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement