Kerabat yang skeptis
Bagi Amy Pelicano, seorang direktur pengembangan di Cincinnati, AS, sebagian besar keraguan datang dari keluarganya sendiri. Sebelum dia tertular COVID di hari-hari awal pandemi, dia suka melakukan olahraga jungkir balik dengan cucu-cucunya.
Lebih dari setahun kemudian, dia masih menderita batuk yang mengganggu yang membuatnya tidak bisa berbicara. Dia juga mengidap gejala kabut otak yang membuatnya sulit mengingat dan detak jantung yang meningkat - sebuah kasus jelas dari COVID jangka panjang, ujar para spesialis. Para dokter spesialis ini sangat mendukungnya, kata Pelicano.
Tetapi banyak kerabatnya menyiratkan bahwa dia hanya malas, membuatnya bertanya pada dirinya sendiri.
"Selain merasa buruk secara fisik, saya merasa lebih buruk secara emosional karena saya tidak benar-benar mendapat dukungan yang kuat dari keluarga saya, kecuali suami saya," kata Pelicano, yang telah mencari terapis yang memahami masalahnya.
Di London, Inggris, Yas juga harus meyakinkan orang-orang terlebih dahulu, sebelum dianggap serius. Pelajar ini, sekarang menggunakan tongkat atau kursi roda untuk bergerak karena beratnya sindroma kelelahan pasca COVID.
Awalnya, orang mengira Yas bersikap berlebihan, apalagi karena ayahnya juga menunjukkan gejala kasus COVID jangka panjang yang lebih ringan dan mampu berbuat lebih banyak. Tetapi keluarga dan para dokter, sejak itu mulai mendukung dia.
"Itu sangat membuat frustrasi karena saya selalu mencoba yang terbaik, jadi rasanya tidak pernah cukup. Sejak orang-orang mulai mempercayai saya, kesehatan mental saya meningkat pesat," kata Yas kepada DW.
Berjuang untuk lebih banyak kesadaran
Setelah menghabiskan waktu berbulan-bulan, meyakinkan para dokter dan orang-orang sekitar, banyak pasien menemukan penghiburan satu sama lain. Dalam kelompok dukungan online, di mana mereka berbagi pengalaman dan sumber daya, pasien tidak hanya dipercaya tetapi juga dipahami.
"Itu benar-benar membuat saya merasa divalidasi, dan merupakan salah satu alasan utama saya terus berusaha," kata Farrington.
Kembali ke Roma, Esperti telah menjadi aktivisuntuk masalah ini. Dia mendirikan Long COVID Italia, sebuah kelompok yang mempersatukan pasien, peneliti dan dokter yang terus berjuang untuk lebih banyak kesadaran seputar penyakit ini.
Karena selama COVID jangka panjang bukan prioritas kesehatan masyarakat, terlalu banyak orang yang harus menginvestasikan waktu, tabungan, dan energi mereka sendiri untuk sekadar dipercaya ujar Esperti.
"Kami membutuhkan pemerintah untuk meningkatkan dan memberikan perawatan, rehabilitasi dan dukungan keuangan," kata Esperti. "Karena aku telah kehilangan 18 bulan hidupku."
sumber: https://www.dw.com/id/covid-panjang-pasien-berjuang-untuk-dipercaya/a-58851164