Gejala telah diabaikan secara historis
Akiko Iwasaki, seorang ahli imunologi di Universitas Yale, adalah salah satu peneliti yang mempelajari penyebab COVID jangka panjang serta sindrom pasca infeksi lainnya, supaya dokter dapat merawat pasien dengan lebih baik.
"Jenis gejala yang dialami pasien— kelelahan ekstrem, nyeri, masalah konsentrasi — dapat dibandingkan dengan Myalgic encephalomyelitis/chronic fatigue syndrome (ME/CFS), suatu kondisi sindroma kelelahan kronis yang disebabkan oleh berbagai infeksi dan patogen," kata Iwasaki.
Salah satu alasan akan tidak banyak adanya penelitian tentang cara merawat kondisi seperti ME/CFS adalah mungkin karena tidak banyak pasien yang didiagnosis mengidapnya.
Dengan munculnya COVID jangka panjang, tiba-tiba ada jutaan orang yang mengalami gejala serupa pada saat yang bersamaan. Dan banyaknya keluhan, dari masalah neurologis hingga kardiologis, telah membingungkan para dokter.
"Jika begitu banyak sistem yang terlibat, tapi seorang spesialis tidak tahu bagaimana menangani semua itu, kita perlu mengubah hal itu," kata Iwasaki.
Banyak anggaran
Beberapa negara meningkatkan penelitian: Kongres AS menyetujui anggaran lebih dari 1 miliar dolar untuk National Institutes of Health guna mempelajari konsekuensi jangka panjang dari infeksi COVID. Pemerintah Inggris telah menginvestasikan hampir 20 juta pound ($27,54 juta) untuk berbagai studi.
Rumah sakit yang menangani COVID jangka panjang di seluruh dunia, memberikan perawatan khusus kepada pasien yang mengalami gejala yang berkepanjangan.
Tetapi masih banyak pasien COVID jangka panjang tidak memiliki akses ke jenis perawatan ini. Dan yang beruntung yang melakukannya masih bisa menghadapi ketidakpercayaan di kalangan lain.