REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beragam perubahan di masa pandemi Covid-19 dapat mendorong seseorang untuk terpapar layar gawai terlalu lama, mengalami masalah tidur, hingga bergelut dengan stres. Beragam faktor tersebut dapat memicu terjadinya brain fog.
Brain fog juga merupakan salah satu gejala long Covid yang paling sering terjadi. Menurut studi yang dilakukan oleh tim peneliti University College London, gejala brain fog dialami oleh sekitar 85,1 persen penyintas Covid-19.
"Brain fog bisa membuat Anda merasa seperti Anda tak bisa berkonsentrasi cukup lama untuk melakukan hal yang produktif," jelas Neuro-linguistic Programming Coach Rebecca Lockwood, seperti dilansir metro.co.uk, Senin (9/8).
Seseorang yang mengalami brain fog bisa merasa sangat kesulitan untuk membuat keputusan terkecil sekalipun. Di samping itu, brain fog dapat memicu sakit kepala serta peningkatan stres dan kecemasan.
Setidaknya ada enam hal yang bisa dilakukan untuk mencegah brain fog dengan cepat. Berikut ini adalah keenam hal tersebut.
Istirahat Teratur
Jangan terlalu memaksakan diri ketika beraktivitas. Bila merasa butuh istirahat, luangkan sedikit waktu untuk beristirahat. Saat beristirahat, biarkan otak juga beristirahat dan terhindar dari beragam pikiran lain.
Jauhi Paparan Gawai
Menatap layar gawai terlalu banyak dapat membuat seseorang masuk terlalu banyak ke penglihatan foveal. Pada kondisi ini, seseorang hanya akan berfokus pada apa yang ada di depannya.
"Hal ini saja dapat meningkatkan kadar stres dan menyebabkan Anda merasa kurang termotivasi untuk melakukan hal lain," ujar Rebecca.
Lawan dari penglihatan foveal adalah penglihatan tepi. Seseorang yang berada pada penglihatan tepi akan mampu berfokus pada semua hal di sekitarnya di waktu yang bersamaan. Situasi ini akan memberikan perasaan lebih menenangkan dan membumi.