REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Brain fog atau kesulitan berkonsentrasi merupakan salah satu gejala yang umum ditemukan dalam kasus long Covid. Menurut studi terbaru, kemunculan brain fog dalam kasus long Covid mungkin disebabkan oleh blood clot atau bekuan darah.
Studi yang dipublikasikan dalam Nature Medicine ini melibatkan lebih dari 1.800 orang dewasa sebagai partisipan. Para partisipan ini pernah dirawat di rumah sakit akibat Covid-19.
Studi ini menemukan bahwa pasien long Covid dengan masalah kognitif seperti brain fog memiliki kadar fibrinogen dan D-dimer yang lebih tinggi. Fibrinogen dan D-dimer merupakan dua jenis protein yang kerap menjadi pertanda adanya bekuan darah di dalam tubuh.
Menurut peneliti Max Taquet dari University of Oxford, pasien long Covid dengan kadar fibrinogen yang tinggi kemungkinan memiliki bekuan darah di otak. Bekuan darah di otak inilah yang berpotensi menyebabkan masalah kognitif.
Sedangkan pasien long Covid dengan kadar D-dimer yang lebih tinggi kemungkinan memiliki bekuan darah di paru-paru. Keberadaan bekuan darah di paru-paru ini dapat menurunkan aliran darah ke otak dan memicu kelelahan serta sesak napas.
"Individu dengan kadar D-dimer yang lebih tinggi tak hanya lebih rentan terhadap brain fog tetapi juga memiliki risiko lebih tinggi terhadap masalah pernapasan," ujar Taquet, seperti dilansir Independent pada Ahad (3/9/2023).
Studi ini memperkuat bukti bahwa Covid-19 dapat membuat sebagian pasien memiliki bekuan darah di paru-paru atau otak mereka yang bisa memicu timbulnya beragam gejala pada long Covid. Studi ini juga dinilai penting dalam memberikan pemahaman baru mengenai stratifikasi long Covid dan mekanisme yang mendasarinya.
Temuan terbaru ini juga mengindikasikan bahwa tes kadar protein darah dapat membantu pasien mendapatkan penanganan bekuan darah lebih awal. Tes ini juga bisa menandai pasien-pasien Covid-19 yang mungkin akan mengalami brain fog atau gejala long Covid lain.
Studi dalam Nature Reviews Microbiology memprediksi bahwa saat ini ada setidaknya 65 juta orang di dunia yang mengidap long Covid. Jumlah tersebut didasarkan pada estimasi global yang menyatakan bahwa sekitar 10 persen dari orang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami long Covid, seperti dikutip dari laman resmi Center for Infectious Disease Research and Policy (CIDRAP).