Penderitanya merasa kalah
Itulah yang juga terjadi pada Alexandra Farrington, yang diberitahu bahwa gejala tersebut hanya ada di dalam pikirannya. Warga Amerika Serikat yang bekerja sebagai konsultan data dan bisnis di Porto, Portugal, ini masih mengalami nyeri dada, sesak napas dan kelelahan, lama setelah dinyatakan sembuh dari infeksi COVID pada Maret 2020.
"Staf medis cenderung bersikap mendukung, sampai mereka juga bingung karena tidak dapat menemukan diagnosis", katanya kepada DW.
Seorang ahli jantung bahkan mengatakan kepadanya, untuk tidak pernah kembali ke bagian tersebut. "Saya merasa kalah. Terkadang saya merasa dipersenjatai dengan lebih banyak informasi daripada dokter," kata Farrington, yang mencoba mengikuti berbagai temuan terbaru tentang COVID jangka panjang.
Di Hastings, Inggris, artis Amerika Tiffany McGinnis mengatakan dia juga tidak merasa didukung ketika dia mengalami serangan pneumonia dan nyeri dada yang berulang setelah infeksinya. Gejalanya akhirnya mereda setelah 14 bulan.
"Kebanyakan dokter memperlakukan kami penderita awal seperti kami hipokondria histeris," kata McGinnis.