Ahad 31 Jul 2016 00:07 WIB

Ekspedisi Batik Pesisir: Pusaka dari Rahim Pesona Bahari

Pembatik di daerah Lasem, Jawa Tengah.
Foto:
Batik Manggur Probolinggo.

Alun-alun Tuban merupakan etalase terbesar bagi siapa saja yang ingin menikmati pesona batik Tuban. Di berbagai toko di alun-alun terluas sepulau Jawa ini, batik Tuban dipamerkan dalam berbagai merek dan harga. Batik di daerah ini, dikenal dengan nama batik Gedog.

Disebut demikian, lantaran kain yang akan dibatikkan ini melalui proses dari awal, yakni memintal bahan kain langsung dari kapas. Setelah menjadi benang, kemudian di tenun dan menjadi selembar kain untuk mulai dibatik.

Secara motif dan warna, batik Tuban memiliki kesamaan dengan batik Cirebon klasik yang lebih memilih warna terang namun aman. Untuk motifnya, kebanyakan terilhami dengan pesona pesisir pantai seperti motif rumput laut dan unyeng.

Pusat kerajinan dan warisan turun temurun ini diduga telah ada dan bergeliat sejak abad ke-18. Para pengrajin batik di kota Tuban, banyak dijumpai di desa Kedungrejo, kecamatan Kerek, Tuban.

Batik Bakaran Peninggalan Armada Majapahit

Sebelum sampai ke Lasem, silakan mampir ke Bakaran. Bakaran merupakan sebuah desa yang berada di kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Di lokasi yang masuk ke dalam kategori pesisir ini, terdapat sebuah perkampungan batik yang cukup bersejarah. Batik Bakaran, mewarnai pesona batik pesisir sejak abad ke-15.

Ada 2 jenis motif batik bakaran, yakni motif klasik dan modern. Motif klasik adalah batik yang motifnya abstrak dan berupa simbol-simbol yang mempunyai cerita unik dalam sejarah panjang Majapahit. Sedangkan moderen, berangkat dari inovasi masyarakat berupa motif bunga, ikan, air dan udara.

"Warna batik klasik bakaran adalah hitam, putih dan cokelat," kata Poryanto, salah satu tokoh batik Bakaran Wetan.

Poryanto, yang kemudian akrab disapa Por itu menyebut, yang menjadi khas batik bakaran adalah motif “Retak atau Remek”. Motif ini dibuat melalui teknik dan proses yang rumit: nggirah, nyimplong, ngering, nerusi, nembok, medel, mbironi, nyogo, dan nglorod.

Selain itu, ada 17 motif Bakaran yang telah dipatenkan, di antaranya adalah motif blebak kopik, rawan, liris, kopi pecah, truntum, gringsing, sidomukti, sidorukun, dan limaran, dan lain sebagainya. Mendukung  keberadaan batik ini, kata Por, semua pegawai pemerintah di Pati mengenakan batik Bakaran pada hari-hari tertentu.

Batik Bakaran berawal dari kisah sang penjaga pusaka Majapahit, Nyi Siti Sabirah (Nyi Danowati) pada 1471. Ia datang ke desa Bakaran untuk mencari tempat persembunyian karena dikejar-kejar prajurit Kerajaan Majapahit. Waktu itu, Kerajaan Majapahit mengejarnya lantaran Nyi Danowati memilih untuk memeluk Islam.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement