Oleh: Angga Indrawan, Wartawan Republika Online
Sebuah perkampungan nelayan di pesisir Indramayu, Jawa Barat itu terlihat sepi. Pertengahan tahun 1967, warga di sana masih didominasi perempuan. Sebagian perempuan berselimut kesedihan. Sedih, sebab sang suami pergi sementara waktu melaut selama dua minggu, 40 hari, hingga empat bulan lamanya.
Teringat kebiasaan nenek moyang dulu. Dipilihnya satu cara membunuh kebosanan. Ibu-ibu itu, baik yang muda maupun tua, memilih berkumpul di salah satu rumah sepuh yang juga berada di perkampungannya. Hal yang kemudian dilakukannya, adalah membatik bersama. Satu wadah lilin, bisa digunakan tujuh hingga delapan orang. Membatik, saat itu dianggap sebagai obat ampuh penghilang rasa rindu.
"Itulah cerita awal kebangkitan usaha batik di kampung Paoman, Kabupaten Indramayu," kata Hj Siti Ruminah Sudijono (60 tahun), salah satu tokoh pembatik di Kampung Paoman, Indramayu. Hingga kemudian, tambahnya, aktivitas ini menginspirasi beberapa kaum hawa lain di kampung lain Indramayu seperti Babadan, Penganjang, dan Terusan.
Sebuah potret kemudian yang kini terekam, Paoman menjelma menjadi salah satu sentra batik pesisir di Indramayu. Pamornya tak hanya sampai hingga seluruh bibir pulau Jawa. Kebesaran namanya tercium hingga mancanegara. Pesona batiknya menyedot perhatian Jepang, Australia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan beberapa negeri Jiran semisal Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
Batik Indramayu mengawali perjalanan Republika mengintip pesona batik pesisir di sepanjang Pulau Jawa bagian utara. Di Kampung Paoman, batik Indramayu meretas jejak sejarah panjangnya. Batik Indramayu, yang kemudian dikenal dengan batik Dermayon, memang sangat erat kaitannya dengan Batik Paoman. Batik Paoman, diambil dari sebuah perkampungan yang jaraknya lima kilometer dari pusat kota Indramayu.
Batik Paoman atau batik Dermayon. Batik ini memiliki ciri yang hadir dari kekuatan bahari, seperti gambar burung-burung pantai, tanaman laut, karang, ikan, udang, cumi, perahu nelayan, dan lain sebagainya. "Mulai dari motif Kapal Kandas, Iwak Etong, hingga motif dari Arab," kata Siti menambahkan.
Berdasarkan catatan sejarah, Batik di Indramayu diperkirakan memasuki periode perdananya pada abad ke 13-14. Saat itu, Pelabuhan Cimanuk menjadi pelabuhan terbesar di Pulau Jawa dan Asia. Hingga kemudian, kebesarannya menjadi pintu gerbang saudagar dari Lasem. Maka dari itu, kata Siti, Batik Paoman juga identik dengan motif batik Lasem yang banyak dipengaruhi batik Cina.
Dalam hal motif dan warna, Indramayu memang memiliki perbedaan yang sangat jauh dari tetangga geografisnya, Cirebon. Batik Indramayu, kata Siti, lebih banyak mendapat pengaruh dari daerah pesisir utara Jawa Tengah seperti Lasem, berbeda dengan Cirebon yang dikayakan melalui cerita keraton dan pengaruh dari Solo. Soal goresan lilinnya, Indramayu pun lebih memilih garis-garis putus, berbeda dengan Cirebon yang memilih garis tegas.