Ahad 31 Jul 2016 00:07 WIB

Ekspedisi Batik Pesisir: Pusaka dari Rahim Pesona Bahari

Pembatik di daerah Lasem, Jawa Tengah.
Foto:
Batik Pekalongan

Sampailah di sebuah daerah tempat pusat kegiatan membatik membikin besar nama daerah ini, Pekalongan, Jawa Tengah. Kota ini menjadi pusat segala aktivitas membatik yang melahirkan batik berbagai wilayah. Di kota berjarak 400 kilometer dari Jakarta ini, banyak ditemukan beragam motif dari berbagai daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Namun pertanyaannya kemudian, masihkah ada batik klasik Pekalongan yang lahir dari rahim intelektual masyarakat Kota Batik ini?

"Untuk mencari batik Pekalongan, carilah kain batik yang memiliki warna penuh (full colour)," ujar salah satu tokoh batik di Kampung Kauman, Arief Wicaksono.

Menurutnya, Pekalongan memang telah menjelma menjadi industri kecil, menengah, dan besar yang banyak mendapat permintaan besar pesanan batik dari berbagai daerah. Hampir puluhan, hingga ratusan ribu kain batik dikirimkan guna memenuhi permintaan pesanan dari luar Pekalongan. Pesanan, tak hanya dari seputar pulau Jawa. Karya anak daerah, ternyata dipasarkan hingga ke Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Minahasa, hingga Makassar

Untuk itu, kemudian kata Arief, hampir jarang ditemui pengrajin batik Pekalongan yang justru melahirkan karya sendiri yang merupakan cerminan dari kekayaan intelektual Pekalongan. "Berada pada dua pilihan, antara idealisme dan kepentingan dapur," kata Arief menambahkan.

Kendati demikian, setidaknya Arief menyebut ada dua motif yang memang tidak bisa dipungkiri lahir dari tanah Pekalongan, yakni motif Jlamprang dan Buketan. Dua motif itu, lahir pada periode abad ke-17 dan 18 seiring banyaknya pemukim yang datang dan menetap di Pekalongan. Pemukim yang dimaksud, adalah mereka yang dari Cina, India maupun Arab.

Ciri lain dalam batik Pekalongan, kata Arief, adalah motif batiknya yang sangat bebas, menarik, meskipun hampir tak jauh berbeda temuan motifnya seperti batik Solo ataupun Yogyakarta. Perbedaannya adalah, batik Pekalongan memiliki keberanian hingga menampilkan delapan warna yang serasi dalam selembar kainnya. Hanya saja, ada dua warna setidaknya yang menjadi warna 'tradisi' batik Pekalongan, yakni putih dan biru. Seperti halnya warna keramik Cina abad 17, dua warna itu dalam filsafat Cina, menyimbolkan arti keaktifan, keperkasaan, dan kejantanan.

Batik Pekalongan banyak dikerjakan di rumah-rumah. Satu rumah, memungkinkan untuk diisi kegiatan lima sampai enam pengrajin batik. Dua kampung yang terkenal dengan kreasi batiknya adalah Kampung Kauman dan Pesindon. Kendati demikian, dua kampung yang berjarak tak jauh dari alun-alun Pekalongan itu sejatinya berbeda. Kampung Kauman, adalah kampungnya para pengrajin batik. sementara itu, Pesindon adalah kampung etalase bagi seluruh hasil karya batik yang lahir dari Kampung Kauman.

"Wisata Batik, ya mutlak berada di dua perkampungan ini," kata pengusaha muda batik di Kauman, Adek Bagus Aditama. 

Jika masih tak cukup mengunjungi kampung batik, silahkan mampir ke Museum Batik Pekalongan. Museum Batik Pekalongan berada di komplek lama Jetayu, dua kilometer dari pusat kota. Di museum yang diresmikan pada 2006 itu, terhampar berbagai koleksi klasik batik Pekalongan. Koleksi lengkap museum tersebut, menegaskan kota ini layak menjadi ikon kota Batik di pulau Jawa. 

"Kita puaskan seluruh keingintahuan masyarakat akan batik khas Pekalongan," kata Denny Pujianto, salah satu pemandu museum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement