Ahad 31 Jul 2016 00:07 WIB

Ekspedisi Batik Pesisir: Pusaka dari Rahim Pesona Bahari

Pembatik di daerah Lasem, Jawa Tengah.
Foto:
Batik Cirebon

Batik Trusmi, begitulah kota Cirebon naik daun berkat karya batiknya. Lokasi Trusmi tepatnya berada di Kampung Trusmi, desa Plered. Jaraknya hanya delapan kilometer dari pusat kota Cirebon ke arah barat. 

Sejak abad ke-14, Trusmi telah memopulerkan batik yang tak kalah pamor dengan saudara tuanya, Indramayu. Desa ini, lebih dari 90 persen penduduknya disibukkan dengan aktivitas membatik. Maka jangan heran, desa ini kemudian dikenal dengan sentra batik Cirebon.

Kami menemui salah satu tokoh sekaligus budayawan batik di tempat yang diambil dari kata 'Terus Bersemi' ini, Katura. Dari tokoh yang telah bergelut dengan aktivitas membatik lebih dari setengah abad itu, batik Cirebon memang memiliki tempat khusus dalam paradigma pembatik di Nusantara.

"Ada dua kiblat batik khas Cirebon, pesisir dan keraton," kata Katura, salah satu dan memang satu-satunya pegiat batik yang telah mendirikan sebuah sanggar membatik di Trusmi tersebut.

Berbicara soal asal mula sejarah membatik di Trusmi, Katura menyebut aktivitas membatik di Cirebon ini berawal pada abad ke-14. Trusmi, katanya, dulu merupakan daerah ilalang dan hutan tidak terawat. Satu ketika, beberapa warga menebang tumbuhan tersebut namun secara kemudian tumbuhan itu tumbuh (bersemi) kembali. Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata terus bersemi.

"Beberapa warga diperintahkan Sultan Cirebon untuk membangun industri kecil batik kemudian di tempat ini," kata Katura.

Sementara itu untuk ragam motif, ciri khas batik Cirebon adalah pesisir yang terilhami dengan panorama laut, dan beberapa karya yang lahir dari kehidupan keraton. Cirebon, terbagi dalam beberapa periode keraton, seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.

Satu motif yang populer di Cirebon adalah motif Mega Mendung, yang menggambarkan sebuah awan sejuk lantaran dalam kondisi akan hujan. Berdasarkan catatan sejarah, motif ini diciptakan Pangeran Cakrabuana (1452-1479) karena dipengaruhi pemikiran Cina.

Kekuatan Bahari melengkapi keperkasaan armada laut Kesultanan Cirebon. Sunan Gunung Jati, dalam satu kesempatan pernah menikahi putri Saudagar Cina, Ong Tien. Catatan itu yang membuat dugaan kuat kekerabatan Cirebon dengan Cina makin erat. Beberapa benda seni seperti keramik, piring yang dibawa dari Cina, tumplek di Pelabuhan Muara Jati yang saat itu jadi pelabuhan internasional. 

Untuk urusan warna pada umumnya, batik Cirebon baik pesisir maupun keraton, lebih cenderung dengan pemilihan warna yang relatif 'aman', tidak menunjukkan keberaniannya. Warna yang dipilih relatif berwarna kuning, hitam sogan, bahkan berwarna krem ataupun putih gading. "Kami pilih ketegasan warna dan garis pada motifnya, lebih agresif," kata Katura menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement