Kamis 24 Sep 2015 12:14 WIB

Sebelum Lancar Berjalan, Anak Harus Lalui Tahapan Ini

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Langkah pertama anak menjadi tonggak penting dalam perkembangan anak. Khususnya untuk perkembangan motoriknya.
Foto: pixabay
Langkah pertama anak menjadi tonggak penting dalam perkembangan anak. Khususnya untuk perkembangan motoriknya.

REPUBLIKA.CO.ID, Menurut psikolog anak Vera Itabiliana, anak tidak instan bisa berjalan. Ada tahapan-tahapan yang penting dan harus dilaluinya sesuai usianya.

Bagaimana tahapan yang harus dilalui anak untuk bisa berjalan dengan baik?

Usia tiga sampai enam bulan

Vera mengatakan pada usia ini anak belajar stepping atau menjejakan kaki. Walaupun usia ini anak masih lebih banyak tiduran, tapi ketika dia sedang tiduran dan kakinya bertemu dengan permukaan keras dia akan stepping. Misalnya mainan play with gym yang di bagian kaki anak ada pianonya, dia akan senang menendang sampai musik itu berbunyi. Dan itulah tahap awal dia melakukan stepping atau menjejakkan kaki.

Usia enam sampai 10 bulan

Nah memasuki usia enam sampai 10 bulan, anak sudah mulai coba-coba berdiri dengan bantuan atau rambatan. Di usia ini anak akan mencoba berdiri dengan bantuan. Anak Anda mulai merambat. “Nah ini mulai dirumah taplak, pajangan keramik dan hiasan kristal disingkirkan. Tidak aman jika dibiarkan,” saran Vera dalam konferensi media Pentingnya Langkah Pertama di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Usia sembilan sampai 12 bulan

Di usia ini anak sudah bisa berjalan dengan bantuan. Di usia ini akan senang sekali dititah. Titah anak ketika anak ingin. Berhenti jika anak sudah lelah. Di sini anak sudah bisa diberikan mainan yang menstimulasi anak belajar berjalan.

Usia 12 sampai 15 bulan

Nah, di usia ini akhirnya anak bisa berjalan sendiri. Vera mengungkapkan anak bisa berjalan sendiri sebenarnya batas toleransinya hingga usia 18 bulan.

“Tapi jika sudah di atas usia 18 bulan masih belum bisa jalan sebaiknya konsultasi ke pakar, ke dokter juga psikolog. Lihat lagi apa yang kurang, apakah terlalu banyak digendong, kakinya yang belum jejak, atau pemilihan mainan sebagai stimulusnya yang kurang tepat,” sarannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement