Selasa 18 Sep 2018 11:23 WIB

Penggunaan Baby Walker Buat Anak Mudah Cedera

Sembilan ribu anak di Amerika dilaporkan cedera akibat penggunaan baby walker.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Baby Walker. Ilustrasi
Foto: Live Strong
Baby Walker. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan baby walker untuk membantu anak belajar berjalan bukan hal yang asing. Namun, ternyata alat tersebut membuat anak mudah terluka.

Penggunaan baby walker menjadi perhatian khusus di Amerika Serikat. Sebab penelitian dari jurnal Pediatrics baru menemukan hampir 9 ribu anak-anak terluka setiap tahun karena alat bantu berjalan tersebut.

Sepanjang tahun 1990 dan 2014 diperkirakan 230.676 anak di bawah usia 15 bulan dirawat karena cedera yang berkaitan dengan baby walker. Lebih dari 90 persen insiden menyebabkan cedera kepala dan leher dan penyebab paling umum cedera jatuh dari tangga dengan jumlah 74,1 persen.

Penyebab lain cedera seperti jatuh keluar dari baby walker. Cedera terkait kedekatan seperti anak yang menarik atau menyentuh objek yang dapat mereka jangkau saat berada di perangkat pun sering ditemukan.

American Academy of Pediatrics (AAP) telah menyerukan larangan baby walker dengan roda. Disarankan untuk orang tua membuang baby walker dari rumah dan menghibur anak-anak mereka di pusat kegiatan stasioner dan kegiatan lainnya.

Perangkat tersebut dinyatakan tidak memiliki keuntungan perkembangan, dan menciptakan risiko bagi anak-anak. Negara Kanada memiliki larangan penuh atas penjualan dan pembuatan baby walker.

Salah satu penulis studi Dr Gary Smith mengatakan, dia memiliki minat pada cedera yang berkaitan dengan baby walker sejak dia memulai pelatihan medisnya 30 tahun lalu. Sebagai dokter darurat dan anak, dia telah merawat bayi yang terluka saat menggunakan alat bantu jalan.

"Apa yang kami lakukan adalah memberikan ringkasan yang bagus tentang apa yang terjadi selama 25 tahun terakhir ke sumber cedera pada anak-anak muda," kata direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Cedera di Nationwide Children's Hospital di Columbus, Ohio, dikutip dari CNN, Selasa (18/9).

Studi terakhir yang mengamati baby walker terjadi sekitar satu dekade yang lalu. Menurut Smith, dan penelitian yang dilakukan saat ini ingin memperbarui literatur tentang masalah dengan harapan dapat membuat rekomendasi tentang masa depan penggunaan baby walker.

"Ini masih merupakan sumber cedera serius bagi anak-anak yang dapat dicegah, dan oleh karena itu mereka tidak boleh berada di pasar," ujar Smith.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement