Kamis 20 Nov 2025 11:27 WIB

Pesta 'Pecah' di Empat Titik, 3.500 Orang Ngumpul di Soundrenaline Makassar

Soundrenaline mengajak pengunjung menjelajahi denyut nadi kreatif Makassar.

Suasana di Soundrenaline 2025, Makassar, pada akhir pekan lalu. Sebanyak 3.500 penonton meramaikan empat titik vital Makassar, mulai dari gig di Riuh Records, hangout santai di The Backyard, hingga selebrasi outdoor besar di Lapangan Parkir Phinisi Point Mall.
Foto: Dok. Soundrenaline
Suasana di Soundrenaline 2025, Makassar, pada akhir pekan lalu. Sebanyak 3.500 penonton meramaikan empat titik vital Makassar, mulai dari gig di Riuh Records, hangout santai di The Backyard, hingga selebrasi outdoor besar di Lapangan Parkir Phinisi Point Mall.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kreativitas, musik, dan semangat kolaborasi terpotret apik lewat festival musik Soundrenaline 2025 di Makassar pada akhir pekan lalu. Melalui konsep multilokasi yang diusung oleh Soundrenaline “Sana Sini di Makassar”, sebanyak 3.500 penonton meramaikan empat titik vital Makassar, mulai dari gig di Riuh Records, hangout santai di The Backyard, hingga selebrasi outdoor besar di Lapangan Parkir Phinisi Point Mall. 

Konsep ini mengajak pengunjung menjelajahi denyut nadi kreatif Makassar. Rangkaian acara dibuka dengan nuansa eksperimental di Riuh Records, di mana sesi Screening & Storytelling menawarkan dialog hangat dan mendalam.

Baca Juga

Ruang ini mempertemukan dua kreator visual kunci Sulawesi Selatan yakni Wahyu Al Mardhani, videografer Palopo yang dikenal dengan dokumenter reflektif, dan Aco Tenri, sutradara dengan karya naratif kuat. Kedekatan mereka dengan tanah kelahiran menghasilkan perspektif unik tentang bagaimana kultur lokal menjadi fondasi utama dalam bercerita.

Momen puncak yang paling dicari terjadi ketika Riuh Records bertransformasi menjadi panggung tak terduga. Di sana, Murphy Radio menutup set mereka dengan sebuah kejutan kolaborasi perdana bersama Beijing Connection. Kolaborasi eksperimental yang intens dan penuh eksplorasi ini bukan hanya momen berkesan hari itu, tetapi juga penanda penting dalam dinamika musik independen Makassar.

Selain panggung, diskusi juga menjadi pemantik penting. "Cross Panel Talks: From Homeground to Headlines” mempertemukan lintas kreator seperti ilustrator Firman Hatibu, sutradara Aco Tenri, musisi Pandu Fuzztoni (MORFEM), dan Delpi (Dongker). Mereka membahas bagaimana perjalanan kreatif dapat dimulai dari kamar tidur di kota kelahiran hingga akhirnya dikenal publik luas.

Di lokasi lain, The Backyard menawarkan suasana yang lebih organik. Setelah penampilan sore dari Synthies, Jason Ranti menciptakan keakraban dengan mengajak penonton duduk santai di atas rumput. Suasana itu disempurnakan dengan sesi lelang koleksi kaset langka bersama Kasetteria x Licasette, menjadikan area ini pusat pertemuan bagi para kolektor.

Di The Lab, percakapan penting lain muncul melalui diskusi “Idealisme dan Pertemanan Dalam Bermusik”. Panel yang diisi oleh Jimi Multhazam (MORFEM), Ayub Simanjuntak (Bilik Bersenyawa), Dhana (Treeshome), dan Ale (Kapal Udara) menyoroti bagaimana kedekatan personal dan pertemanan adalah bahan bakar vital dalam ekosistem musik independen.

Pesta akbar kemudian berpindah ke Lapangan Parkir Phinisi Point Mall, di mana panggung utama menjadi tempat selebrasi genre lintas batas. Dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Rabu (20/11/2025), mulai dari DANZAS, Gilas, Covenant, Treeshome, hingga kolaborasi istimewa Jason Ranti x Dongker. FSTVLST dan MORFEM berhasil menjadi favorit penonton (crowd favorite) dengan setlist mereka yang bertenaga dan emosional, membuat ribuan orang bernyanyi tanpa henti. Aspek komunitas diperkuat dengan kehadiran Lokatune, yang membawa semangat konektivitas kreatif dari Manado, Samarinda, dan kota-kota lain di Timur, membuktikan bahwa Makassar bukan sekadar titik pusat, melainkan jembatan yang mempertemukan talenta emerging lintas kawasan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement