Jumat 03 Oct 2025 14:31 WIB

Sinyal 'Cemas' Palsu, Dehidrasi Picu Jantung Berdebar Mirip Serangan Panik

Dehidrasi dapat memicu gejala yang mirip dengan kecemasan.

Air minum (ilustrasi). Dehidrasi dapat memicu gejala yang mirip dengan kecemasan.
Foto: www.freepik.com
Air minum (ilustrasi). Dehidrasi dapat memicu gejala yang mirip dengan kecemasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stres dan kecemasan merupakan bagian normal dari kehidupan modern, namun cara setiap orang merespons dan bagaimana hal itu memengaruhi mereka sangat individual. Kini, penelitian baru menunjukkan bahwa ada perubahan gaya hidup mudah yang dapat Anda lakukan untuk membantu tubuh merespons stres yang datang yaitu memastikan diri terhidrasi dengan baik.

Studi ini, yang tidak menyarankan bahwa minum banyak air akan secara ajaib menghilangkan stres atau kecemasan Anda, namun mengangkat pertanyaan tentang seberapa besar dampak hidrasi terhadap kesehatan  saat Anda merasa tegang. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Applied Physiology ini melibatkan 62 pria dan wanita yang dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan asupan cairan harian mereka. Kelompok pertama, kelompok "cairan rendah" (minum kurang dari 1,5 liter cairan per hari). Kedua, kelompok "cairan tinggi" (memenuhi rekomendasi asupan air, yaitu 2 liter per hari untuk wanita dan 2,5 liter per hari untuk pria).

Baca Juga

Setelah diminta mempertahankan kebiasaan minum mereka selama sepekan dan memantau tingkat hidrasi mereka, para peserta menjalani Trier Social Stress Test, sebuah tes yang menyimulasikan stres dunia nyata dengan wawancara kerja tiruan dan tes matematika mental. Meskipun kedua kelompok merasa cemas dan mengalami peningkatan detak jantung selama tes stres, hanya kelompok cairan rendah yang mengalami peningkatan signifikan pada kadar hormon stres kortisol dalam pengujian air liur.

Para peneliti mencatat bahwa orang yang secara teratur memiliki hidrasi yang kurang optimal mungkin memiliki reaksi stres yang lebih besar daripada mereka yang terhidrasi dengan lebih baik. "Akibatnya, hal ini dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang," tulis mereka.

Mengapa dehidrasi memperparah kecemasan?

Penulis utama studi dan peneliti pascadoktoral di Liverpool John Moores University, Daniel Kashi, PhD, mengatakan hubungan ini kembali pada sistem pengaturan air tubuh yang terhubung erat dengan pusat respons stres di otak Anda. "Ketika tubuh merasakan dehidrasi, baik karena asupan cairan yang tidak memadai atau kehilangan cairan yang berlebihan, ia memicu pelepasan hormon yang disebut vasopresin," kata Kashi.

Vasopresin bertindak terutama pada ginjal, mendorong penyerapan kembali air untuk mempertahankan volume darah dan keseimbangan elektrolit. Namun, langkah ini ada konsekuensinya. Menurut dia, pelepasan vasopresin yang berkelanjutan memberikan tekanan tambahan pada ginjal, yang harus bekerja lebih keras untuk memekatkan urin dan mengelola keseimbangan elektrolit.

"Vasopresin juga bertindak pada pusat respons stres otak, hipotalamus, di mana ia dapat memengaruhi pelepasan kortisol. Peran ganda vasopresin ini membantu menjaga volume darah dan keseimbangan elektrolit, tetapi juga meningkatkan kortisol," kata Kashi.

Selain itu, asisten profesor kedokteran klinis di Vanderbilt University Medical Center, Sharon Green, MD mengatakan dehidrasi dapat memicu gejala yang mirip dengan kecemasan. "Kecemasan sering kali hadir dengan sensasi jantung berdebar kencang dan terkadang terasa lemah atau pusing. Dehidrasi menyebabkan jantung berdetak lebih cepat untuk memompa darah ke seluruh tubuh karena volume darah berkurang. Otak dapat menganggap detak jantung yang cepat ini sebagai sinyal 'cemas'," kata dia.

Psikolog klinis di Center for Anxiety & Women’s Emotional Wellness, Hillary Ammon, PsyD, mengatakan ketika ini terjadi otak mengenali dehidrasi sebagai ancaman. Respons ini menciptakan reaksi fight or flight (lawan atau lari) untuk mendorong Anda minum lebih banyak air. Sayangnya, respons fight or flight tersebut justru dapat meningkatkan kecemasan jika Anda sudah merasa tertekan.

"Ketika ada lebih banyak kortisol yang dilepaskan dalam tubuh, itu dapat menyebabkan sensasi fisik seperti jantung berdebar, berkeringat, napas cepat. Gejala fisik ini dapat membuat sebagian orang merasa gelisah, tidak tenang, atau cemas," ujar Ammon.

Secara umum, merasa lebih stres dan cemas tentu tidak baik bagi kesehatan mental Anda dalam jangka panjang. Namun, kadar kortisol yang tinggi secara kronis dalam tubuh telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung, masalah ginjal, dan diabetes, kata Kashi.

Dokter Green menyebut dehidrasi juga mengganggu hormon di otak. "Ini dapat mengganggu produksi neurotransmiter yang membantu mengatur suasana hati seperti serotonin dan dopamin, yang dapat menciptakan perasaan cemas," ujarnya.

Kashi menekankan orang-orang dalam kelompok cairan rendah pada studi tersebut sebenarnya tidak merasa haus, oleh karena itu penting untuk memperhatikan sinyal tubuh Anda. “Cara praktis untuk memeriksa status hidrasi Anda adalah dengan memantau warna urine Anda. Kuning muda biasanya menunjukkan hidrasi yang baik,” ujarnya menyarankan.

Wanita disarankan mengonsumsi sekitar 2,7 liter cairan per hari, sementara pria sekitar 3,7 liter per hari, menurut rekomendasi dari US National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine. Penting untuk diingat bahwa sekitar 20 persen asupan cairan harian Anda biasanya berasal dari makanan.

Ammon menekankan hidrasi yang baik bukanlah obat ajaib untuk kecemasan. “Sayangnya, mengonsumsi cairan yang direkomendasikan setiap hari kemungkinan tidak akan menghilangkan semua kecemasan Anda," kata dia. Namun, ia menambahkan, jika Anda bergumul dengan kekhawatiran kronis atau perasaan gelisah, akan sangat membantu untuk mengamati kebiasaan harian Anda yang meliputi konsumsi air, diet, olahraga, dan tidur. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement