Jumat 22 Aug 2025 11:43 WIB

Studi: Remaja Pengguna Vape Dikaitkan dengan Risiko Kanker, Depresi, Hingga Penyalahgunaan Narkoba

Remaja pengguna vape dinyatakan lebih berisiko menjadi perokok aktif pada masa depan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Bahaya vape. Sebuah studi terbaru mengungkap penggunaan rokok elektrik (vape) di kalangan remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko merokok konvensional dan sejumlah masalah kesehatan.
Foto: Republika
Bahaya vape. Sebuah studi terbaru mengungkap penggunaan rokok elektrik (vape) di kalangan remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko merokok konvensional dan sejumlah masalah kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru mengungkap penggunaan rokok elektrik (vape) di kalangan remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko merokok konvensional dan sejumlah masalah kesehatan. Hal itu termasuk gangguan pernapasan, penyakit mental, hingga penyalahgunaan narkoba.

Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis terhadap berbagai studi terdahulu yang dilakukan oleh peneliti dari University of York dan London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM). Hasil riset dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Tobacco Control.

Baca Juga

Meski belum bisa disimpulkan adanya hubungan sebab akibat secara langsung, para peneliti menegaskan bahwa konsistensi temuan dari berbagai studi menunjukkan perlunya memperkuat regulasi dan edukasi terkait bahaya vape. "Bukti yang kami temukan sangat kuat. Remaja yang menggunakan vape secara signifikan lebih berisiko menjadi perokok aktif di masa depan," kata Associate Professor bidang Iimu Kesehatan di University of York, Su Golder, dilansir laman resmi kampus tersebut, Jumat (22/8/2025).

Tak hanya itu, remaja yang pernah mencoba vape juga lebih mungkin merokok secara lebih sering dan intens. Studi ini turut mengaitkan penggunaan vape dengan peningkatan konsumsi alkohol dan ganja di kalangan anak muda.

Sejumlah studi dalam tinjauan tersebut juga mencatat kaitan antara vape dan gangguan pernapasan seperti batuk, asma, serta iritasi saluran napas. Tak kalah mengkhawatirkan, penggunaan vape juga dihubungkan dengan peningkatan risiko depresi dan pikiran untuk bunuh diri.

Meski banyak remaja menunjukkan tanda-tanda kecanduan nikotin, seperti keinginan kuat untuk mengisap vape dan kesulitan berhenti, isu dampak nikotin terhadap perkembangan otak remaja masih minim dikaji. Clinical Assistant Professor di LSHTM, Greg Hartwell, menilai temuan ini sangat penting sebagai dasar kebijakan kesehatan publik.

"Kami menemukan bukti konsisten mengenai transisi dari vape ke rokok konvensional. Ini tentu membuka pintu terhadap berbagai risiko kesehatan jangka panjang yang dibawa oleh rokok," kata dia. Peneliti menyerukan perlunya riset jangka panjang (longitudinal) terkait dampak vape terhadap perkembangan otak, kesehatan jantung, kesehatan mulut, serta pola penggunaan vape dan rokok secara bersamaan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement