REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa sangka, luka hati akibat perundungan (bullying) pada remaja ternyata bisa membuka pintu masuk menuju bahaya yang jauh lebih besar yaitu paparan ideologi ekstrem. Psikolog klinis, Kasandra Putranto, mengingatkan kita akan korelasi yang mengkhawatirkan ini.
“Pengalaman menjadi korban bullying dapat menimbulkan rasa dendam, penolakan sosial, dan kehilangan makna diri, yang dapat membuat remaja lebih rentan terhadap pengaruh ideologi ekstrem,” kata Kasandra di Jakarta, Selasa (12/11/2025).
Psikolog yang tergabung sebagai anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK) itu menjelaskan proses radikalisasi atau tindakan kekerasan pada remaja tidak terjadi secara tunggal, melainkan merupakan hasil dari interaksi antara faktor pribadi, sosial, dan ideologis. “Artinya, bullying dapat menjadi salah satu pintu masuk, tetapi tidak selalu menyebabkan dampak langsung,” kata dia.
Menurut Kasandra, radikalisasi atau tindakan kekerasan pada remaja melibatkan sejumlah faktor lain seperti kondisi keluarga, lingkungan sosial, akses terhadap ideologi ekstrem di dunia maya yang juga memiliki kontribusi besar terhadap proses radikalisasi remaja. Perundungan juga dapat memicu masalah emosional, sosial, bahkan meningkatkan risiko depresi.
Kasandra mengatakan terdapat tanda-tanda anak mengalami perundungan seperti penurunan drastis nilai akademik disertai sikap murung, kurang semangat belajar, perubahan perilaku seperti kehilangan nafsu makan, menjadi pendiam, mudah tersinggung, enggan membicarakan pertemanan, atau mudah terpicu emosi. “Anak juga bisa mengalami gangguan tidur, menarik diri dari pergaulan, takut pada lawan jenis, sering sakit kepala atau pencernaan, malas ke sekolah, sering terlambat, atau bolos,” kata dia.
Kasandra menyebut hubungan orang tua dan anak sangat penting untuk mencegah perundungan. Orang tua dinilainya perlu mengenali perilaku anak melalui komunikasi yang baik agar dapat memahami sikap dan perubahan yang terjadi.
“Karena itu, orang tua harus peka terhadap setiap perubahan sikap anak agar dapat memberikan dukungan dan perlindungan yang tepat," kata dia.
"Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak penting untuk membangun rasa percaya serta membantu anak mengekspresikan perasaannya secara jujur," ujar Kasandra.
View this post on Instagram