REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus perundungan atau bullying di kalangan pelajar Indonesia kian memprihatinkan. Yang terbaru, peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta diduga dilakukan oleh siswa yang kerap menjadi korban perundungan dan pengucilan dari teman-temannya.
Menanggapi hal ini, psikolog dan ketua ll pengurus pusat Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), Prof Henndy Ginting, menekankan pentingnya peran guru bimbingan konseling (BK) dalam mendeteksi dan mencegah perilaku perundungan di lingkungan sekolah. Menurut dia, selama ini posisi guru BK sering kali dinomorduakan, baik oleh manajemen sekolah maupun oleh siswa.
"Peran guru BK ini sangat strategis sebetulnya di sekolah, khususya dalam menangani masalah mental dan psikologis dari siswa. Tapi kan sering kali guru BK itu di nomor dua kan," kata Prof Henndy saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (13/11/2025).
Guru besar di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB tersebut menekankan perlunya kebijakan dari manajemen sekolah untuk menempatkan guru BK sebagai mitra kepala sekolah, bukan sekadar pelengkap. Guru BK, kata dia, semestinya diberi kewenangan untuk melakukan pengamatan dan mencari solusi atas perilaku siswa.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah identifikasi melalui assessment dan skrining terhadap seluruh siswa. Dari proses ini, guru BK dapat memetakan siswa yang berpotensi menjadi pelaku, korban, pembela (defender), maupun pihak pasif dalam situasi perundungan.
"Dari hasil screening bisa terlihat siapa yang cenderung mem-bully, siapa yang dibuli, dan siapa yang bisa menjadi pembela. Kelompok pembela ini perlu diperkuat supaya pem-bully tidak semakin berani," ujar Prof Henndy.