REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak sulung, khususnya perempuan, kerap dihadapkan pada tanggung jawab besar dalam keluarga. Fenomena ini dikenal sebagai Eldest Daughter Syndrome (EDS) atau sindrom putri sulung yaitu kondisi psikologis di mana anak perempuan tertua dituntut untuk selalu mengurus adik-adiknya, membantu orang tua, dan menjaga kesejahteraan keluarga.
Guru besar psikologi dari Universitas Indonesia, Prof Rose Mini Agoes Salim, mengatakan anak sulung perempuan memang sering diposisikan sebagai sosok pengganti orang tua. Tanggung jawab yang berlebihan itu dapat memengaruhi kesehatan mental anak sulung, karena mereka akhirnya kerap menekan kebutuhan diri sendiri demi memenuhi harapan keluarga.
"Tapi tidak semua anak sulung merasakan beban ini. Ada yang secara alami peduli dan bisa mengatur perannya, tetapi ada juga yang merasa terbebani. Semua tergantung pada bagaimana mereka dibesarkan dan bagaimana keluarga mendukung mereka," kata Prof Rose saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (19/11/2025).
la mengungkapkan sebetulnya beban anak sulung tidak hanya dialami oleh anak perempuan, namun juga laki-laki. Namun menurut Prof Rose, jika orang tua menerapkan pola asuh yang sehat, maka fenomena sindrom EDS dapat diminimalkan atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
"Pola asuh orang tua sangat berpengaruh sekali. Jadi walaupun budaya menganggap anak sulung harus bisa membantu segala macam, tapi kalau orang tua mengajarkan bahwa itu tugas orang tua bukan tugas anak, maka ya itu tidak akan begitu," kara Prof Rose.