REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan hasil yang cukup mengkhawatirkan dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diadakan di berbagai daerah. Berdasarkan data per 15 Agustus, Ibu Kota Jakarta menempati peringkat teratas secara nasional untuk persentase gejala depresi dan kecemasan. Angka ini mencapai 9,3 persen untuk gejala depresi dan 7,6 persen untuk kecemasan.
"Secara nasional, kemungkinan terjadinya gejala depresi itu ada sekitar 1 persen, kemudian cemas itu 0,9 persen," kata Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes Imran Pambudi dalam rangka Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, di Jakarta, Rabu (10/9/2025).
Dia menjelaskan hasil tersebut didapatkan dari 13 juta orang yang mengikuti pemeriksaan kesehatan jiwa dalam CKG, dan belum termasuk CKG untuk sekolah. Namun, hal ini bukan diagnosis, melainkan deteksi risiko, sehingga masih perlu ditegakkan oleh profesional.
Menurut Imran, orang-orang dengan depresi dan kecemasan paling berisiko melakukan percobaan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri. Mengutip data 2024 dari IHME Global Burden of Diseases, pada 2021 terdapat 746 ribu kasus bunuh diri secara global, sedangkan di Indonesia terdapat 4.570 kasus. Adapun kasus terbanyak pada 2024 ditemukan di Jawa Tengah, yakni sebanyak 478 kasus.
"Saya pernah membaca bahwa satu kasus bunuh diri ini, itu akan membawa dampak kepada sekitar 35 orang," katanya.
Orang-orang tersebut, katanya, antara lain keluarganya, teman-temannya, serta penolongnya. Oleh karena itu, dia menyoroti perlunya berbagai upaya pencegahan, salah satunya melalui pemberitaan tentang bunuh diri yang bertanggung jawab melalui media.
Terkait pemberitaan, katanya, pihaknya telah menetapkan dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan serta peraturan pelaksananya, yakni PP nomor 28 tahun 2024. Imran mengatakan, Dewan Pers juga telah mengatur hal tersebut.
Dia menilai, media berperan penting dalam mengubah narasi agar stigma dan kesalahpahaman tentang masalah mental dan bunuh diri dapat berubah menjadi dukungan dan empati. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pers periode 2016-2019 Yosep "Stanley" Adi Prasetyo menyebutkan pemberitaan yang tidak bertanggung jawab terkait bunuh diri dapat berdampak pada keluarga korban, baik secara psikis maupun ekonomi.
Selain itu, ujar Stanley, modus mengakhiri hidup yang diberitakan secara detail juga dapat menyebabkan orang lain meniru cara tersebut atau yang disebut copycat suicide.
Jika wartawan memutuskan untuk memberitakan tentang bunuh diri, katanya, maka berita perlu diikuti dengan panduan agar audiens yang mengalami keputusasaan dan berniat bunuh diri dapat mengakses bantuan, seperti konseling. Apabila membutuhkan bantuan terkait masalah kesehatan jiwa, dapat mengakses layanan Kementerian Kesehatan di 119 atau website https://www.healing119.id/.