Senin 19 Aug 2024 11:29 WIB

Beda Serangan Jantung dan Henti Jantung, Mana yang Lebih Berbahaya?

Serangan jantung dan henti jantung kerap dianggap sama, padahal berbeda.

Seseorang mengalami serangan jantung (ilustrasi). Henti jantung dan serangan jantung merupakan dua kondisi yang berbeda namun sering dianggap sama oleh masyarakat.
Foto: www.freepik.com.
Seseorang mengalami serangan jantung (ilustrasi). Henti jantung dan serangan jantung merupakan dua kondisi yang berbeda namun sering dianggap sama oleh masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sering kali, kita mendengar istilah serangan jantung dan henti jantung digunakan secara bergantian. Padahal, kedua kondisi ini memiliki perbedaan yang signifikan, baik dari segi penyebab, gejala.

Dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr Hendry Yoseph Nainggolan, Sp.JP, FIHA mengatakan henti jantung dan serangan jantung merupakan dua kondisi yang berbeda namun sering dianggap sama oleh masyarakat. “Henti jantung dengan serangan jantung ini beda. Serangan jantung disebabkan aliran darah ke otot jantung mendadak mengalami gangguan. Pasien biasanya masih sadar,” kata Hendy, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Menurut Hendry, pasien serangan jantung bisa mengalami keluhan mendadak misalnya nyeri dada seperti tertindih benda berat dan dapat disertai rasa berdebar-debar maupun sesak napas. Sedangkan henti jantung adalah suatu kondisi mengancam nyawa. Sebab jantung seseorang berhenti karena gangguan irama jantung yang akut dan berat.

Berbeda dari pasien serangan jantung, umumnya, pasien henti jantung sudah tidak sadarkan diri dan tidak teraba nadinya. Oleh sebab itu, pertolongan pertama pada henti jantung adalah dengan memberikan kompresi dada atau CPR (cardiopulmonary resuscitation). “Pastikan area di sekitar pasien itu aman. Lalu berikan posisi yang baik untuk pasien, di alas yang padat. Kemudian nilai akses pembuluh darah di lehernya maksimal 10 detik,” jelas Hendry.

Jika nadi tidak teraba selama 10 detik, maka segera berikan CPR sambil meminta pertolongan medis. Hendry mengatakan, CPR dapat dilakukan terus hingga tim medis datang.

Kendati demikian, pada kasus serangan jantung, tidak akan ada tindakan khusus yang bisa dilakukan masyarakat awam untuk penindakan awal. Oleh karena itu, pasien serangan jantung harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

“Kalau ditanya adakah manuver atau posisi tertentu yang dapat dilakukan, jelas tidak ada. Tapi bagaimana kita menenangkan pasien sambil kita bawa ke faskes, itu juga menjadi perlindungan yang penting. Baringkan juga dengan nyaman,” kata Hendry.

Pada kasus serangan jantung juga tidak ada obat yang bisa diberikan. "Sebab, prosedur pertolongan serangan jantung memerlukan pemeriksaan dan pengobatan di ranah medis," ujarnya. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement