Rabu 14 Aug 2024 18:05 WIB

Penderita Penyakit Jantung Ingin Mendaki Gunung? Wajib Lakukan Ini Dulu

Bagi penderita penyakit jantung, mendaki gunung perlu dilakukan dengan hati-hati.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Penderita penyakit jantung mendaki gunung (ilustrasi). Seorang dengan penyakit jantung perlu berkonsultasi terlebih dulu dengan ahli sebelum melakukan aktivitas fisik yang berat seperti naik gunung.
Foto: Dok. Freepik
Penderita penyakit jantung mendaki gunung (ilustrasi). Seorang dengan penyakit jantung perlu berkonsultasi terlebih dulu dengan ahli sebelum melakukan aktivitas fisik yang berat seperti naik gunung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi para pencinta alam, mendaki gunung adalah aktivitas yang mengasyikkan. Namun, bagi penderita penyakit jantung, aktivitas fisik yang berat seperti mendaki gunung perlu dilakukan dengan hati-hati. Sebelum memutuskan untuk menaklukkan puncak, sangat penting bagi penderita jantung untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr Hendry Yoseph Nainggolan, Sp.JP, FIHA mengatakan seorang dengan penyakit jantung perlu berkonsultasi terlebih dulu dengan ahli sebelum melakukan aktivitas fisik yang berat seperti naik gunung. “Saran saya sebaiknya, sebelum melakukan aktivitas fisik berat tertentu, misalnya naik gunung. Kalau ingin naik gunung kan nggak mendadak, pasti direncanakan. Jadi menurut saya, sebelum melakukannya, pastikan dulu konsultasi ke dokter jantung,” kata Hendry dalam diskusi daring yang digelar oleh Kementerian Kesehatan, Rabu (14/8/2024).

Baca Juga

Dia mengatakan, dalam ilmu kardiologi, dokter jantung akan menilai banyak hal saat pemeriksaan. Pertama, dokter akan melihat secara echocardiography.

Dokter juga akan melihat bagaimana kondisi struktur jantung pada saat pasien datang berkonsultasi. Kedua, dokter akan melakukan serangkaian tes, misalnya yang paling sederhana adalah melakukan uji latih jantung.

Pemeriksaan ini dilakukan guna menilai seberapa besar kapasitas fungsional pasien tersebut walau sudah dipasangi stent di pembuluh jantungnya. “Sehingga dari data-data ini bisa disimpulkan bolehnya beraktivitas sejauh dan seboleh apa. Meski merasa tak ada keluhan dan sudah pasang stent, ini adalah aktivitas yang berisiko ya. Jadi sebaiknya dikonsultasikan terlebih dulu,” kata Hendry.

Apabila sudah melakukan konsultasi, maka pasien akan lebih siap dan lebih mengetahui batas kemampuan fisiknya sehingga saat melakukan kegiatan fisik yang berat, pasien dengan sendirinya akan mengetahui batasan-batasan untuk dirinya. Hendry juga menjelaskan, penanganan penyakit jantung tak hanya soal obat dan stent saja.

Namun, penanganan penyakit jantung pun ada yang disebut preventif dan rehabilitatif. Oleh sebab itu, meski pasien penyakit jantung merasa sehat, tak ada keluhan, sudah tak mengonsumsi obat serta sudah memasang stent, sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan aktivitas berat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement