Kamis 27 Nov 2025 18:30 WIB

Bagaimana Cara Deteksi 'Sopir Cabul' di Taksi Online? Ini Kata Kriminolog

Penumpang terutama perempuan sering kali berada dalam posisi rentan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Kekerasan seksual terhadap anak (ilustrasi). Kekerasan seksual pada dasarnya dapat dilakukan oleh siapa saja ketika dorongan biologis tidak dapat dikendalikan.
Kekerasan seksual terhadap anak (ilustrasi). Kekerasan seksual pada dasarnya dapat dilakukan oleh siapa saja ketika dorongan biologis tidak dapat dikendalikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menanggapi kasus dugaan pemerkosaan yang menimpa penumpang taksi online saat melakukan perjalanan dari Depok menuju Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Menurut dia, kekerasan seksual pada dasarnya dapat dilakukan oleh siapa saja ketika dorongan biologis tidak dapat dikendalikan.

"Ketika faktor yang terkait dengan nafsu-nafsu biologis seperti lapar, buang air, dan seks, tidak bisa diatur oleh ego dan superego, maka orang berhubungan seks seperti binatang. Kapan saja, di mana saja. Perkosaan di jalan raya kan begitu," kata Adrianus saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (27/11/2025).

Baca Juga

Adrianus menyampaikan bahwa mendeteksi "sopir cabul" atau potensi pelecehan seksual di layanan transportasi daring sebetulnya cukup sulit. la menjelaskan, penumpang terutama perempuan sering kali berada dalam posisi rentan karena berada di ruang tertutup dan tidak memiliki cukup waktu untuk mengenali karakter sopir.

Meski demikian, ada tanda yang bisa diamati seperti perubahan sikap atau perilaku pengemudi. Selain itu flat nomor kendaraan yang tidak sesuai juga bisa menjadi tanda yang perlu diwaspadai.

"Sebetulnya sulit mendeteksinya. Penumpang, khususnya wanita, mungkin baru menyadari jika sopir mulai mengarah-arahkan omongan atau perilakunya. Tapi itu pun tidak selalu terlihat sejak awal," kata Adrianus.

Adrianus menilai perusahaan taksi online seharusnya lebih proaktif dalam melakukan pencegahan, baik melalui pelatihan maupun pengawasan ketat terhadap para pengemudi. Karena menurut dia, kasus kekerasan seksual seperti ini pada akhirnya akan merusak reputasi perusahaan dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap layanan mereka.

"Harus dingat taksi online itu kan perusahaan jasa. Citra penting banget. Citra dibentuk oleh trust. Kalo trust udah enggak ada, siapa yang mau pake jasa taksi online?," ujar Adrianus.

Sebagai informasi, NG (30 tahun) diperkosa sopir taksi online berinisial FG (49 tahun) saat melakukan perjalanan dari Depok menuju bandara Soekano-Hatta. Pemerkosaan itu terjadi di baju jalan Tol Kunciran Cengkareng sekitar pukul 03.30 WIB.

Pelaku dilaporkan sempat mengancam korban menggunakan benda diduga senjata api, lalu memerkosa korban di kursi penumpang. Setelah melakukan aksi bejatnya, FG lantas meninggalkan korban di sebuah gang di kawasan Depok.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement