Jumat 19 May 2023 18:27 WIB

Makanan Ultraproses tak Sebatas Junk Food, Memakannya Berlebihan Berisiko Depresi

Makanan ultraproses tidak terbatas pada makanan cepat saji dan junk food.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan ultraproses (ilustrasi). Mengonsumsi makanan ultraprises dikaitkan dengan risiko depresi yang signifikan.
Foto: www.freepik.com
Makanan ultraproses (ilustrasi). Mengonsumsi makanan ultraprises dikaitkan dengan risiko depresi yang signifikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola makan harian yang mengandung lebih dari 30 persen makanan ultraproses dikaitkan dengan risiko depresi yang signifikan. Hal itu merujuk pada sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders.

Makanan ultraproses tidak terbatas pada makanan cepat saji dan junk food. Makanan ini juga termasuk makanan dan minuman yang diproduksi secara massal dan sangat halus seperti minuman ringan diet, beberapa jus buah dan yoghurt beraroma, margarin, makanan kemasan dan instan. 

Baca Juga

Temuan baru ini memberikan bukti lebih lanjut tentang bahaya dari diet yang sarat dengan makanan ultraposes yang kerap dipromosikan dengan baik tetapi sering kali miskin nutrisi. Para peneliti dari Deakin University dan Cancer Council Victoria mengamati hubungan antara konsumsi makanan ultraproses dan depresi pada lebih dari 23 ribu warga Australia dari Melbourne Collaborative Cohort Study.

"Meskipun orang Australia banyak mengonsumsi makanan ultraproses, namun hubungannya dengan depresi belum pernah dinilai pada sekelompok orang Australia sampai sekarang," kata Melissa Lane, yang menyelesaikan penelitian ini sebagai bagian dari studi PhD Deakin University's Food and Mood Center.

"Warga Australia yang mengonsumsi makanan ultraproses memiliki risiko depresi sekitar 23 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang makan paling sedikit," kata Lane dalam sebuah pernyataan seperti dilansir laman The Indian Express, Jumat (19/5/2023).

Penelitian ini melibatkan orang-orang yang pada awalnya tidak mengonsumsi obat untuk depresi dan kecemasan dan diikuti selama lebih dari 15 tahun. Bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor seperti merokok, pendapatan dan aktivitas fisik, yang terkait dengan hasil kesehatan yang buruk, studi menunjukkan konsumsi makanan ultra-proses yang lebih besar dikaitkan dengan risiko depresi yang lebih tinggi. 

Lane mengatakan, meskipun penelitian ini tidak membuktikan bahwa makanan ultraproses menyebabkan depresi, namun penelitian ini menunjukkan bahwa mengonsumsi lebih banyak makanan ultra-proses dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi.

Menurut Lane, depresi adalah salah satu gangguan mental yang paling umum di seluruh dunia dan merupakan masalah kesehatan yang besar karena berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan. Depresi biasanya terlihat melalui perubahan nafsu makan dan tidur, kehilangan minat atau kesenangan, kesedihan, dan terkadang muncul pikiran untuk bunuh diri.

"Mengidentifikasi tingkat konsumsi kritis yang dapat meningkatkan risiko depresi akan membantu konsumen, profesional kesehatan, dan pembuat kebijakan untuk membuat keputusan yang lebih tepat seputar pilihan makanan, intervensi, dan strategi kesehatan masyarakat," kata Lane.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement