Senin 08 Dec 2025 23:57 WIB

Anak 5 Kali Lebih Rentan Gangguan Kejiwaan, Mayoritas Gangguan Cemas dan Depresi

Sejak ada gawai, pola interaksi antara manusia semakin berubah.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
ilustrasi kesehatan mental.
Foto: Republika/Daan Yahya
ilustrasi kesehatan mental.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu kesehatan mental anak menjadi perhatian serius pemerintah. Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai kerentanan anak-anak terhadap gangguan kejiwaan.

Dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Komite Kebijakan Sektor Kesehatan (KKSK) Tahun 2025 di Jakarta, Senin (8/12/2025), dia menyebut anak-anak lima kali lebih rentan terkena gangguan jiwa kecemasan atau anxiety hingga depresi. Dalam rapat yang dilaksanakan bersama Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan BPJS Kesehatan tersebut, Budi menyoroti pengaruh gawai terhadap anak-anak yang meningkatkan risiko penyakit mental. Berdasarkan hasil Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang salah satunya juga memeriksa atau skrining kesehatan jiwa, Budi mengemukakan penemuan penyakit mental di usia dewasa justru di bawah 1 persen, sedangkan anak-anak sekitar lima persen.

Baca Juga

"Berdasarkan hasil skrining-nya di CKG, kita temukan kalau dari dewasa yang di-skrining itu 0,8-0,9 persen ketemu tuh, jadi sekitar itu, dekat-dekat (angkanya), itu kecil sekali ya di bawah 1 persen, tetapi kalau yang balita atau anak-anak di bawah 18 tahun itu 5 persen," kata dia pada Senin (8/12/2025).

Sejak ada gawai, pola interaksi antara manusia mulai dari anak-anak sudah semakin berubah, sehingga turut meningkatkan risiko penyakit mental. "Banyak anak yang mengalami gangguan kejiwaan, terutama dengan ada teknologi baru seperti gawai yang mereka pakai terus-menerus," ujarnya.

Budi mengatakan, sebagian besar penyakit mental yang terdeteksi yakni gangguan cemas dan depresi. Selama ini, masalah kesehatan jiwa di Indonesia memang masih belum terdiagnosis dengan baik. Oleh karena itu, Kemenkes memiliki kanal aduan 119 yang selain melayani kegawatdaruratan dan kondisi kritis kesehatan, juga memberikan pelayanan untuk kesehatan mental.

"Jadi kita sudah masuk sekitar hampir 100 ribu aduan, sebagian besar memang cemas atau anxiety, jadi penyakit atau masalah kesehatan jiwa itu di dunia 1 dari 8 (menderita penyakit mental), kalau di Indonesia itu 1 per 8 yang kira-kira hampir 35 juta lebih. Selama ini, memang yang namanya mental disorder ini tidak terdiagnosis dengan cukup baik, oleh karena itu sebabnya di CKG kita jalankan skrining kesehatan jiwa," ujarnya.

Masalah penyakit mental tersebut, lanjut dia, membutuhkan intervensi pemerintah untuk penanganannya, dari yang ringan hingga berat, mulai dari konseling hingga pengobatannya. "Mental disorder itu ada macam-macam jenisnya, yang paling ringan namanya anxiety disorder atau cemas, di bawahnya ada depresi itu sudah lebih berat, di bawahnya lagi ada namanya skizofrenia itu lebih berat lagi, dan itu butuh obat yang psikotropika yang tadi mesti dikasih obat oleh BPJS Kesehatan, ada juga gangguan makan misalnya bulimia," kata Menkes.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement