REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film dinilai bukan hanya sekadar hiburan atau medium bercerita, tetapi memiliki potensi besar untuk menjadi duta promosi kebudayaan suatu bangsa. Menurut Direktur Film, Animasi dan Video Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Doni Setiawan, agar film Indonesia dapat memainkan peran kunci dalam mempromosikan kekayaan budaya nasional, ada beberapa nilai penting yang harus diperhatikan oleh para sineas.
Nilai-nilai ini menjadi esensial agar keberagaman Indonesia dapat tersampaikan secara efektif, autentik, dan menarik kepada penonton, baik di dalam maupun luar negeri. "Indonesia memiliki ribuan suku bangsa dengan keberagaman yang luar biasa. Film dapat mendobrak sekat-sekat geografis dan sosial, membawa penonton menjelajahi realitas budaya yang mungkin belum pernah mereka temui," kata Doni dalam acara film radio kolaborasi Radio Republik Indonesia (RRI) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Auditorium RRI, Jakarta, Senin (8/12/2025).
Doni mengatakan nilai-nilai dalam film sebagai alat yang kuat untuk mengabadikan dan merayakan identitas nasional. Tidak hanya hal-hal yang bisa merefleksikan kekayaan budaya, tapi juga harus bisa memberikan nilai yang mengangkat dan menggambarkan tradisi dan adat istiadat agar bisa dijadikan sebagai alat dokumentasi dan representasi budaya.
Film juga harus menjadi pelestari bahasa, yang bisa mengintegrasikan bahasa daerah secara alami dalam narasinya, dan membantu menormalisasi penggunaannya di luar konteks tradisional. Doni menilai saat ini para sineas dan produser film Indonesia sudah mulai melihat budaya atau bahasa lokal juga dapat dibuat menjadi film yang menarik, tidak hanya dari sisi sinematik, tapi, juga dapat menarik untuk dinikmati oleh penonton. Sejumlah film yang telah tayang menggunakan bahasa daerah atau menggunakan sudut pandang dari kebudayaan tertentu dan terbukti dapat dinikmati oleh audiens yang luas karena disajikan secara ringan.
"Film dengan budaya dan bahasa daerah dapat menjadi elemen kuat dalam narasi sinematik Indonesia dan mampu menarik penonton yang lebih luas karena terkadang kita juga mungkin semua pernah nonton film Korea, film Thailand. Kita tidak mengerti bahasanya, tapi, kita tetap menonton, ada subtitle (takarir)-nya. Artinya bahasa bukan menjadi sebuah penghalang bagi kreativitas untuk menghasilkan film yang baik,” kata Doni.
Kementerian juga melihat film sebagai media promosi kebudayaan dan media edukasi keberagaman yang disajikan secara ringan. Film yang memperkuat narasi kebudayaan juga bisa menjadi media promosi ke kancah global melalui festival pasar internasional yang tidak hanya membawa nama negara, tapi juga memperkenalkan keragaman Nusantara di mata dunia. Dengan dukungan yang tepat untuk produksi film yang berfokus pada kekayaan lokal, industri perfilman Indonesia dapat menjadi garda terdepan dalam pelestarian nilai bahasa dan keragaman budaya Indonesia.
View this post on Instagram