REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Di tengah gaung peringatan Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 Januari, masalah gizi anak balita masih memprihatinkan. Ketua Umum Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) Arif Hidayat mengingatkan ancaman gizi buruk dan stunting akan terus menghantui anak-anak Indonesia akibat pemenuhan zat gizi anak yang masih memprihatinkan.
Minimnya pengetahuan orang tua dan informasi produk makanan yang menyesatkan menjadi salah satu penyebabnya. Gizi buruk berawal dari masalah rendahnya pengetahuan orang tua.
"Sebagai contoh, masih banyak para orang tua yang tidak tahu kalau Susu Kental Manis (SKM) itu bukanlah susu untuk anak. Kandungan gizinya minim tapi kandungan gulanya sangat tinggi," kata Arif Hidayat, dalam acara Diskusi Publik Menyambut Hari Gizi Nasional 2019 ‘Menuju Zero Gizi Buruk dan Stunting 2045’ di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Selasa (29/1).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2 persen (Riskesdas 2013) menjadi 30,8 persen. Proporsi status gizi buruk dan gizi kurang juga mengalami penurunan 19,6 persen (Riskesdas 2013) menjadi 17,7 persen (Riskesdas 2018).
Menurut Arif, dari kunjungan lapangan di daerah Bandung dan Cirebon Jawa Barat serta Pandeglang Banten, pada periode November-Desember 2018, KOPMAS mendapati sebanyak 12 anak yang mengalami gizi buruk. Salah satu penyebabnya pemberian SKM pada balita dan anak-anak masih banyak ditemui.
"Ini situasi yang gawat, karena kunjungan kami ke berbagai daerah menunjukkan masih buruknya pengetahuan para orang tua tentang pentingnya periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Hasil temuan ini juga menunjukkan bahwa masih banyak diantara para orang tua yang belum mendapatkan edukasi yang baik tentang bagaimana membesarkan anak. Pandeglang merupakan salah satu daerah dengan kasus gizi buruk yang paling tinggi. Ini PR (Pekerjaan Rumah) kita bersama,” katanya lebih lanjut.
Wakil Ketua Kopmas Yuli Supriati menambahkan mudahnya masyarakat mendapatkan susu kental manis di warung-warung adalah salah satu penyebab gizi buruk. Para ibu tergiur dengan iklan produk susu kental manis yang secara kasat mata menampilkan anak-anak sehat dan ceria setelah mengkonsumsi susu kental manis yang bahan terbesarnya adalah gula dengan kandungan susu yang rendah serta harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan susu pertumbuhan anak.
"Ibu-ibu di pelosok daerah ini belum teredukasi. Walau sudah diberi pemaparan oleh kader, mereka tetap tergiur oleh iklan susu kental manis," ujar Yuli.
Selain dari KOPMAS pembicara lainnya adalah Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan Ir. Doddy Izwardy, MA dan perwakilan BPOM, serta Direktur LBH Jakarta Arif Maulana, SH. MH.