REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Reaksi balasan terhadap iklan kontroversial Dolce & Gabbana terus tumbuh. Kemarin (23/7), permintaan maaf telah disampaikan Stefano Gabbana dan Domenico Dolce lewat video. Keduanya berharap, kesalahpahaman mereka tentang budaya Cina dimaafkan.
Bangsa Cina namun sudah telanjur menilai buruk sikap Dolce & Gabbana. Sejak kemarin, produk Dolce & Gabbana tidak tersedia di Cina pada situs perniagaan elektronik utama Taobao dan JD.com, serta platform yang lebih kecil seperto Kaola dan Secoo.
Alina Ma, Direktur Riset di Mintel mengatakan, iklan itu membuat konsumen Cina bingung dan menganggap perusahaan tidak memahaminya. Kontroversi Dolce & Gabbana bermula dari iklan mereka yang menampilkan seorang model Cina berusaha makan makanan Italia menggunakan sumpit. Sang model tentu tampak kesulitan melahap piza dan cannoli yang di budaya Italia sana dimakan menggunakan tangan tanpa alat bantu seperti sendok atau garpu.
"Mereka menginginkan merek yang mengenal mereka, yang membuat mereka merasa bahwa mereka penting," kata Ma.
Ma menyebut Cina adalah pasar yang sangat penting bagi perusahaan-perusahaan mewah. Laporan 2018 oleh konsultan Bain & Company memperkirakan pasar barang mewah di daratan Cina tumbuh hingga 22 persen tahun ini.
"Konsumen Cina terus menonjol sebagai pendorong pertumbuhan industri," kata laporan itu. Sementara kontroversi bisa melukai bisnis mereka. Dampak jangka panjangnya tergantung pada bagaimana Dolce & Gabbana menghadapi kejatuhan ini.
"Jika mereka dapat menujukkan bahwa mereka dengan tulus ingin mengetahui konsumen Cina, ingin tahu pasar Cina, bisnis mereka mungkin berbalik," ujar Ma.
Kampanye iklan Dolce & Gabbana dituduh meremehkan budaya Cina dan mempromosikan stereotip yang tidak menarik. Dilansir dari BBC, selebritas lokal bahkan menyerukan boikot terhadap merek tersebut.
Krisis merek ini semakin parah ketika pesan-pesan yang diduga ditulis oleh salah satu pendiri perusahaan, Stefano Gabbana menjadi viral. Ia menulis komentar yang termasuk menghina tentang orang-orang Cina.
Perusahaan itu meminta maaf atas pelanggaran apa pun. Pihak D&G mengatakan akun instagram, Gabbana telah diretas. Buntutnya, rencana pergelaran busana di Shanghai terpaksa dibatalkan.
Sebenarnya, ini bukan kali pertama D&G menarik kontroversi. April lalu, merek tersebut mengunggah kampanye di Weibo yang menunjukkan orang miskin di daerah kumuh Beijing berfoto dengan model Dolce & Gabbana menjelang acara catwalk di kota.
Foto-foto itu dikritik karena menstreotip sejarah Cina dengan menunjukkan bagian-bagian lama kota, dibanding penggambaran Beijing yang lebih modern. Dolce & Gabbana juga menyebabkan kontroversi pada 2016 ketika memberi nama alas kaki koleksi musim semi/musim panas mereka dengan alas budak.