Kamis 09 Oct 2025 17:38 WIB

Polusi Udara Bisa Ganggu Pertumbuhan Janin Sejak Ibu Hamil

Polutan yang terhirup ibu hamil dapat masuk ke aliran darah, menembus plasenta.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Warga memakaikan masker kepada seorang anak yang dibonceng orang tuanya (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Warga memakaikan masker kepada seorang anak yang dibonceng orang tuanya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paparan polusi udara telah lama dikenal sebagai ancaman serius bagi kesehatan pernapasan, namun dampaknya ternyata jauh lebih luas dan berbahaya. Paparan itu bahkan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dari masa kehamilan. Hal ini ditegaskan oleh dokter spesialis dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ilmu Kesehatan Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Cynthia Centauri Sp.A.

Menurut dr Cynthia, polutan mikro yang terkandung dalam udara kotor, seperti Partikulat Meter (PM) 2.5, tidak hanya terhirup oleh anak tetapi juga dapat masuk ke dalam aliran darah ibu hamil dan mencapai janin. Paparan ini memicu berbagai mekanisme kerusakan pada tingkat seluler dan organ yang sedang berkembang.

Baca Juga

“Polutan yang terhirup ibu hamil dapat masuk ke aliran darah, menembus plasenta, dan memicu stres oksidatif serta peradangan yang berdampak pada janin,” kata dr Cynthia dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Ia mengungkapkan beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kadar partikulat halus (PM2,5 dan PM10) dengan gangguan tumbuh kembang anak. Penelitian di Harvard, misalnya, menemukan anak dari ibu perokok memiliki tinggi badan lebih rendah dibandingkan anak dari ibu bukan perokok.

Selain itu, penelitian di Jakarta oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) juga mengungkapkan bahwa peningkatan kadar PM2,5, jelaga, dan nitrogen dioksida (NO2) berkorelasi dengan penurunan berat badan bayi lahir. “Berat badan bayi bisa turun hingga puluhan gram hanya karena peningkatan kecil polutan udara,” ujarnya.

Menurut dr Cynthia, dampak polusi tidak hanya berdampak pada fisik. Ia menyebut, penelitian di Brazil dan Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa paparan polusi lalu lintas berkaitan dengan risiko gangguan neurologis seperti autisme (ASD) dan ADHD.

“Polusi udara merupakan ancaman serius bagi generasi masa depan karena dapat mengganggu pertumbuhan, fungsi kognitif, hingga perkembangan saraf anak,” kata dia.

Sebagai langkah pencegahan, kata dia, penggunaan masker N95, pemantauan kualitas udara, dan pembatasan aktivitas luar ruang saat polusi tinggi dapat menjadi langkah pencegahan penting. "Mari kita semua saling menjaga karena polusi udara sebetulnya bisa dikurangi bila pelaku atau kita semua sadar bahwa ada lingkungan sekitar dan masa depan yang harus dijaga bersama," ujar dr Cyntia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement