Kamis 30 Mar 2017 18:47 WIB

Mengenal Filosofi Kuliner Khas Lasem

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Es buah dengan sarang burung walet menjadi kuliner khas Lasem.
Foto: Republika/Amin Madani
Es buah dengan sarang burung walet menjadi kuliner khas Lasem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Daerah Lasem di Jawa Tengah identik dengan batik. Padahal wilayah yang berada di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, memiliki sejumlah kuliner yang tidak hanya enak tapi kaya filosofi.

Konsultan Manajemen Go Beyond, Tendi Naim, menyebutkan salah satu makanan khas Lasem adalah lontong luyuhan. Lontong berbentuk segitiga yang biasanya disantap bersama ayam opor gurih sedikit pedas ini ternyata tidak hanya untuk mengenyangkan perut. Namun di balik itu memiliki makna filosofi yang mendalam juga.

Lontong luyuhan bermakna manusia agar taat pada Tuhan, rasul dan ulama, dan peraturan. “Jika menaati ketiga aturan maka tercipta harmoni dan kebaikan hidup beragama,” ujar Tendi dalam Dialog Gastronomi Nasional Ke-2 bertemakan “From Food to Root: The Rise of Gastronomy Tourism” di Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Jakarta.

Di samping itu, adapula urap latoh yang memakai rumput laut. Makanan ini biasa dikonsumsi segar tanpa dimasak dengan taburan bumbu urap mangga segar.

Kuliner ini acap dilengkapi dengan lauk pauk seperti tempe goreng, ikan goreng. dan menjadi santapan botram (makan bersama di atas tampah atau daun pisang).

“Dan latoh ternyata diadaptasi menjadi  motif latohan pada batik Lasem. Apa hubungannya dengan budaya batik rumput laut? Itu mengartikan adanya tiga negeri, yakni Cina, Jawa, dan santri,” tambah dia

Selanjutnya, terdapat es sarang burung walet yang acap disajikan saat hari besar sembahyangan dan menyambut tamu. Es yang terdiri dari sarang burung walet, karamel gula, buah leci kering, air, jeruk nipis ini ternyata memiliki makna tersendiri. Menurut Tendi, sarang burung walet merupakan lambang kesejahteraan.

Dengan adanya filosofi seperti ini, dia berharap, informasi demikian dapat tersebar ke masyarakat setempat dan para wisatawan. Filosofi di makanan itu biasanya akan menjadi hal menarik bagi wisatawan lokal maupun asing.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement