Kamis 30 Mar 2017 19:25 WIB

Meningkatkan Martabat Bangsa Lewat Kuliner Lokal 

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Petani memanen daun kenikir.
Foto: Republika/Darmawan
Petani memanen daun kenikir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Gastronomi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Moerdijati Gardjito, menekankan pentingnya makanan tradisional sebagai pilar utama kemandirian pangan. Sebab, di mata dia, mengangkat martabat kuliner nasional berarti sama-sama ikut membangun bangsa ini.

“Karena itu harus cinta dengan kuliner nasional. Nah, sebelum mencintai, kita harus paham dulu dengan yang ada di sekitar kita,” ujar dalam Dialog Gastronomi Nasional Ke-2 bertemakan “From Food to Root: The Rise of Gastronomy Tourism” di Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Jakarta, Rabu (29/3).

Di antara sejumlah bahan makanan di Indonesia, Moerdijati justru menyebut, daun kenikir. Sejumlah masyarakat Indonesia masih ada yang merasa asing mendengar nama tersebut. Padahal daun ini sering dijumpai di perkampungan, bahkan menjadi bahan makanan pecel.

Hal yang mengagetkan justru nama daun kenikir yang ternyata dikenal dalam dunia medis dunia. Menurut Moerdijati, daun kenikir sangat mahal harganya di Prancis mengingat khasiatnya untuk kanker payudara. “Sementara di kita, kambing saja makan dan dibuat pecel,” ujar dia.

Indonesia sebenarnya harus berbangga diri dengan ketersediaan alam yang begitu kaya, termasuk khasiatnya. Negeri ini banyak menawarkan makanan yang sangat sehat dan bermanfaat. Bahkan, penggunaan sayuran dan saus kacang dalam menu pecel selalu membuat orang-orang Eropa terkagum-kagum.

“Mereka selalu terheran kok bisa memadukan sambal dan sayuran yang enak dan menyehatkan. Kalau mereka paling mencampurnya dengan minyak atau apa,” terang dia.

Dengan adanya fakta seperti ini, Moerdijati tidak menampik ketertinggalan Indonesia ada pada pengetahuannya. Banyak masyarakat Indonesia tak paham betapa luar biasanya sumber daya alam di sekitarnya. Edukasi masyarakat memang harus terus ditingkatkan ke depannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement