REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ada banyak kekayaan bahan kuliner di Indonesia yang masih tersimpan dan tak diberi kesempatan untuk dikembangkan. Seperti halnya kopi Indonesia yang pernah dianggap sebagai yang terbaik dan termahal di dunia.
Peneliti Gastronomi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Moerdijati Gardjito, menerangkan popularitas kopi Indonesia sempat tinggi di era 1745-an. Kopi yang ditanam di Batavia terutama di wilayah Kebon Kopi menjadi yang terbaik dan termahal di dunia kala itu. Kelezatan kopi tersebut terkenal hingga ke Negeri Paman Sam di masa tersebut.
Menurut Moerdijati, salah satu penyebab popularitas kopi Indonesia menanjak di masa lalu karena peran dari Belanda. Banyak orang Belanda membawa dan mencoba membudidayakan kopi Indonesia ke negaranya.
“Dan ternyata menjadi lebih enak dan saat dijual di Amerika laku keras,” kata Moerdijati dalam Dialog Gastronomi Nasional Ke-2 bertemakan “From Food to Root: The Rise of Gastronomy Tourism” di Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Jakarta.
Namun popularitas kopi Indonesia saat ini sepertinya tidak lagi seperti di masa lalu. Apalagi jika melihat konsumsi kopi masyarakat setempat di era kini. “Sekarang kita minum kopi di mana? Yang harganya Rp 90 ribu itu, bukan?” tambah dia.
Hal yang paling mengejutkan lagi, Moerdijati menyebutkan, kehebatan dari teh kayu aro dari daerah Sumatera Selatan. Banyak masyarakat Indonesia yang tidak tahu betapa hebat khasiat teh dalam negeri ini.
Teh hitam ini dianggap paling kaya rasa dan sayangnya Indonesia tidak pernah merasakan ini. “Kenapa? Karena hasilnya disimpan sendiri oleh Inggris,” tegas dia.
Baca juga: Empat Makanan Wajib untuk Sarapan Sehat