REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 60 persen dari wisatawan tertarik mengunjungi Indonesia untuk wisata budaya. Salah satu produk unggulan dari wisata budaya ialah pengalaman berbelanja dan kuliner.
"Salah satu unggulan dalam wisata budaya adalah wisata belanja dan kuliner," ujar Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Kementerian Pariwisata Oneng Setya Harini saat menghadiri pengumuman pemenang kompetisi Blue Band Master Oleh-Oleh 2016 di Plataran Dharmawangsa, Jakarta.
Oneng mengatakan biasanya wisatawan menghabiskan 40 persen dari anggaran liburan mereka hanya untuk kuliner. Sedangkan 60 persen lainnya digunakan untuk berbagai kebutuhan lain seperti biaya transportasi, biaya mengunjungi tempat wisata hingga penginapan. Di sisi lain, sebagian besar wisatawan, khususnya wisatawan dalam negeri, memiliki kebiasaan untuk membawa pulang oleh-oleh.
Di sisi lain, Indonesia kaya akan aneka ragam jajanan tradisional yang lezat. Oleh karena itu, Oneng melihat hal ini dapat menjadi potensi menjanjikan yang patut dieksplorasi lebih mendalam dengan berbagai inovasi untuk menghasilkan oleh-oleh makanan yang khas untuk tiap-tiap daerah di Indonesia. Oneng pun mendorong agar tiap-tiap daerah mampu berinovasi untuk menghasilkan berbagai kreasi oleh-oleh khas dari daerah tempat mereka tinggal.
"Produk jajanan Nusantara ini bisa menjadi salah satu yang mendukung pengembangan kepariwisataan," tambah Oneng.
Agar bisnis oleh-oleh makanan khas daerah dapat berkembang dan bersaing dengan baik, Oneng mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Selain rasa yang lezat dan ciri khas, Oneng mengatakan kemasan juga harus dibuat menarik dengan harga yang bersaing.
Yang tak kalah penting, Oneng mengatakan faktor kebersihan dan kesehatan dari oleh-oleh makanan. Oneng melihat, masalah kebersihan dan kesehatan masih menjadi salah satu yang perlu lebih ditingkatkan agar lebih banyak lagi wisatawan yang tertarik untuk menjajal kelezatan oleh-oleh makanan dari Indonesia.
"Indeks daya saing pariwisata kita untuk health dan hygiene berada di posisi 109 dari 141 negara. Kebersihan juga harus dijaga agar produk lebih higienis," jelas Oneng.