REPUBLIKA.CO.ID, Anak-anak dari orang tua yang sibuk bekerja disebut lebih mungkin mengalami obesitas. Hal itu diungkap dalam studi yang dilakukan oleh ekonom dari Copenhagen Business School, Denmark.
Sang peneliti, Wencke Gwozdz, menemukan keterkaitan antara keduanya di banyak negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat. Ia menyoroti, anak-anak di negara Inggris tercatat paling gemuk di Eropa, dengan satu dari lima anak sudah kelebihan berat badan saat mereka mulai sekolah.
Faktor utamanya, Gwozdz mengatakan karena orang tua yang bekerja tidak menyediakan masakan rumah. Sehingga anak cenderung dibiarkan mengonsumsi makanan cepat saji. Utamanya, itu terjadi pada anak-anak usia lima sampai 10 tahun yang cukup mandiri dan bisa memutuskan untuk memesan makanan.
"Makanan yang bukan buatan rumah umumnya dikaitkan dengan risiko obesitas yang lebih tinggi. Karena banyak mengandung lemak, gula, dan garam," kata Gwozdz.
Anak-anak yang berkegiatan di rumah tanpa kehadiran ibu juga disebut cenderung kurang olahraga dan susah tidur. Dua hal itu dapat mencetus penumpukan lemak dan obesitas yang dikhawatirkan bakal berlanjut hingga dewasa.
Sementara, obesitas bisa berbahaya karena meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes. Menurut Gwozdz, penanganan epidemi obesitas harus melibatkan lingkungan orangtua termasuk faktor ekonomi.
"Review saya menemukan tren yang berbeda pada beberapa negara dengan besaran dana tunjangan anak yang tinggi. Jadi mungkin meningkatkan tunjangan anak untuk orang tua yang bekerja benar-benar mengatasi obesitas," tuturnya.