Digdoyo Djamaludin, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo menjelaskan, penurunan drastis jumlah pengunjung di kawasan Gunung Bromo terjadi sejak tanggal 4 Desember 2015. Di tanggal tersebut TN BTS menutup akses hingga 2,5 kilometer dari kawah.
"Pada tanggal 4 (Desember) sore sudah mulai sepi karena erupsi. Banyak wisatawan yang membatalkan perjalanan mereka ke Bromo," kata dia.
Berdasarkan data yang dihimpun, sedikitnya ada 100 grup wisatawan yang memutuskan membatalkan perjalananya ke Bromo.
"Di sini ada 128 homestay dan 14 hotel. Dari seluruhnya hanya 10 persen yang terisi," kata dia.
Masyarakat Sudah Terbiasa dengan Erupsi
Yoyo, sapaan akrab dirinya mengaku tidak bisa menyalahkan keputusan wisatawan yang membatalkan perjalanan. Keamanan dan kenyamanan yang jadi alasan menjadi hak pribadi sepenuhnya wisatawan. Hanya saja ia menyayangkan penyebutan bencana terkait erupsi yang terjadi.
Menurutnya apa yang terjadi di Gunung Bromo saat ini merupakan siklus lima tahunan yang sudah biasa dirasakan masyarakat sekitar Bromo. Ia pribadi selama ini sudah tujuh kali merasakan erupsi Bromo.
"Masyarakat sekitar sebenarnya sudah biasa dengan hal ini," ujar Yoyo.