Jumat 17 Oct 2014 08:00 WIB
Laporan dari Jepang

Sensasi Memakai Kimono di Negeri Jepang

Peserta 'Sakai Asean Week 2014' berpose bersama dengan menggunakan baju kimono.
Foto: Republika/Didi Purwadi
Peserta 'Sakai Asean Week 2014' berpose bersama dengan menggunakan baju kimono.

REPUBLIKA.CO.ID, SAKAI -- Kimono ternyata bukan hanya untuk kaum wanita. Pakaian khas Jepang itu juga dipakai oleh kaum pria.

Dalam rangkaian acara ‘Sakai Asean Week 2014’, saya bersama jurnalis dari negara Asia Tenggara lainnya Sabtu (11/10) itu berkesempatan merasakan sensasinya memakai baju kimono yang berlapis-lapis tersebut.

Terue, sang pemilik rumah Kimono di Sakai, Jepang, memandu kami cara memakai kimono. Pertama, kami memakai hadajuban (pakain dalam) yang berbahan lembut sehingga tidak merasa gerah.

Meski berfungsi sebagai pakaian dalam, hadajuban memiliki corak-corak yang indah. Bentuknya seperti baju taekwondo yang membutuhkan tali pinggang (koshihimo) untuk mengikat dan mengencangkannya. 

Lapisan kedua baru baju kimononya. Bahannya lebih tebal dari hadajuban. Seperti hadajuban, pemakaian baju kimono juga menggunakan koshihimo untuk mengikatnya.

Bedanya, setelah kimono diikat dengan koshihimo, ikatan tali pinggang tersebut ditutupi dengan kain selempang selebar 10 cm (Yukata Obi). Selain berfungsi untuk menutupi koshihimo, Yukata Obi juga digunakan untuk mengencangkan baju kimono apabila dinilai masih terlalu kendur.

Terakhir adalah memakai rok kimono (hakama). Saya memakai hakama jenis umanori yang bentuknya terbelah dua seperti celana panjang. Hakama umanori biasa disebut hakama penunggang kuda.

Selesai sudah tahapan memakai baju kimono. Dengan pakaian kimono yang berlapis-lapis, saya awalnya sulit berjalan dengan bebas. Bahkan, saya kesulitan untuk duduk karena badan terikat keras oleh ikatan-ikatan koshihimo. Belum lagi ikatan Yukata Obi yang ketat melingkari perut.

Meskipun demikian, sensasi memakai baju kimono sungguh luar biasa. Apalagi saya menyempatkan berfoto mengenakan baju kimono di depan rumah Yamaguchi, rumah tertua di Sakai, yang sudah berusia empat ratusan tahun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement