Rabu 15 Oct 2014 22:09 WIB
Laporan dari Jepang

Memandangi Sunyi Makam Kaisar Nintoku

 Tumulus Nintoku Tenno Ryo
Foto: Republika/Didi Purwadi
Tumulus Nintoku Tenno Ryo

REPUBLIKA.CO.ID, SAKAI -- Seorang kakek merogoh roti dari tas yang dia panggul di punggungnya. Roti dilempar ke aliran air yang berwarna hijau pekat.

Seketika sejumlah bulus menyembulkan kepalanya untuk berebut roti pemberian lelaki tua itu. Beberapa ikan emas seukuran betis orang dewasa ikut berebut menyambar roti. Penasaran soal aliran hijau yang penuh bulus dan ikan emas itu, saya pun bertanya pada pemandu kami.

Dan, saya terkejut ketika sang pemandu mengatakan aliran hijau itu adalah parit terluar atau parit pertama yang mengelilingi tumulus Nintoku Tenno Ryo yang terkenal sebagai makam terluas dunia dengan bentuk unik seperti lubang kunci itu.

Ya, saya bersama para jurnalis negara Asia Tenggara peserta ‘Sakai Asean Week 2014’ pada Jumat (10/10) itu memang dijadwalkan akan mengunjungi makam kaisar Nintoku di Sakai.

Tapi, saya tidak menyangka telah sampai di makam Nintoku setelah menyambangi para manula peserta ‘Sakai Silver Center’ di Taman Daisen. Lokasi tumulus Nintoku Tenno Ryo ternyata bersebelahan dengan Taman Daisen.

Makam itu berdiri pada awal abad ke-5 Masehi. Berdasarkan catatan sejarah seperti  ‘Kojiki’ pada 712 dan ‘Nihonsyoki’ pada 720, kaisar Nintoku yang dimakamkan di tumulus terluas dunia itu.

‘’Kaisar Nintoku merupakan kaisar ke-16 dari keluarga kerajaan, yang sangat menyayangi rakyatnya,’’ kata  Hayashi Shigeki, volunteer dari ‘Asosiasi Pariwisata Sakai’, yang hari itu bertugas melayani wisatawan di lokasi makam Nintoku.

‘’Karena sangat sayangnya pada rakyatnya, sang kaisar diberi nama Nintoku setelah dia meninggal dunia,’’ kata Shigeki. ‘’Nintoku memiliki arti kebajikan.’’

Sunyi menyergap ketika memasuki halaman depan tumulus Nintoku. Jutaan batu kerikil kecil warna-warni yang didominasi warna cokelat muda dan warna putih terhampar luas.

Kress... kress.. suara hamparan batu kerikil terinjak kaki kami ketika kami memasuki halaman depan tumulus Nintoku. Kami hanya bisa berjalan hingga di depan pagar hitam setinggi setengah meter.

Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melewati pagar pembatas tersebut untuk masuk ke makam Nintoku. ‘’Tidak ada yang bisa menyentuh makam kaisar. Ini sebagai bentuk penghormatan kepada kaisar,’’ katanya.

Di sisi kanan pagar hitam setinggi setengah meter itu, ada papan kayu bertuliskan huruf kanji. Ada jembatan sepanjang sekitar 13 meter setelah pagar hitam setinggi setengah meter itu.

Di bawah jembatan yang berpagar hitam itu, ada parit bagian kedua yang airnya sedikit jernih dibandingkan parit terluar atau parit pertama dimana saya mendapati bulus yang berebut roti tadi.

‘’Parit yang kedua ini dalamnya sekitar enam sampai tujuh meter,’’ kata Shigeki.

Setelah jembatan sepanjang 13 meter itu, terdapat gapura kayu yang terlihat masih berdiri kokoh. Di balik gapura kayu itulah terdapat parit ketiga atau parit terakhir. Ketiga parit tersebut dibangun untuk melindungi makam Nintoku dari serbuan musuh.

Saya hanya bisa memandangi makam Nintoku dari kejauhan, berupa bukit hijau dengan pepohonan yang rimbun. Tidak ada yang diperbolehkan masuk ke makam tersebut.

Bahkan, jika badai menerjang wilayah itu dan menumbangkan pepohonan di sana, maka tetap tidak ada yang boleh memasukinya untuk ‘merenovasi’ kawasan tersebut.

Pada tahun 1872, badai pernah memporak-porandakan bagian depan tumulus tersebut. Sejumlah harta pusaka seperti baju perang dan pedang ditemukan berserakan di sana.

Jika dilihat dari jepretan foto udara, bentuk makam kaisar Nintoku berbentuk lobang kunci. Panjangnya dari timur ke barat sepanjang 660 meter, panjangnya dari utara ke selatan sepanjang 840 meter. Posisi makam kaisar Nintoku persis terletak di tengah lobang kuncinya.

Tadinya ada 100 tumulus yang tersebar di Sakai. Tapi, karena sejumlah alasan, kini tersisa 47 tumulus. Salah satunya adalah tumulus Nintoku Tenno Ryo yang tetap menjadi misteri karena tidak ada yang diperbolehkan masuk kesana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement