REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Soundrenaline 2025 memboyong format baru "Sana Sini" yang lebih segar ke Palembang pada akhir November. Ini bukan sekadar konser musik, melainkan perayaan kreasi multiruang yang memecah keramaian menjadi tiga titik inti yakni The Stage, The Lab, dan The Space.
Lebih dari 3.300 penonton Palembang membuktikan bahwa vibes festival intim dan kolaboratif kini diminati, menjauh dari gimmick seremonial. Acara yang digelar di dua lokasi yakni CGC One Citra Grand City dan Pinewoods Restaurant & Park, ini terasa seperti perjalanan harian yang mengalir di antara gig rock energik dan sesi talkshow inspiratif.
Yang paling terasa berbeda dari format Soundrenaline kali ini adalah bagaimana memberi spotlight pada musisi dari berbagai latar belakang, sekaligus menghadirkan pengalaman tak terduga. Misalnya, The Lantis, band yang mengakui betapa spesialnya penonton Palembang.
“Terima kasih Palembang sudah jadi penonton yang seru dan semangat. Audiens Palembang suka nyanyi bareng ya. Lagu kami selain 'Lampu Merah' juga banyak yang nyanyiin,” ujar The Lantis dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Kamis (11/12/2025).
Summerlane, band pop-punk dari Jakarta, merasakan momen yang sangat personal di Progressive Stage Pinewoods karena tampil tanpa barikade. “Tadi kita main, tidak ada barikade, jadi lebih intimate. Festival kayak gini harus dipersering karena musisi emerging jadi punya wadah untuk tampil,” kata Summerlane.
Kehadiran musisi dari Jambi, Semiotika, yang menganggap Palembang sebagai "rumah kedua" menegaskan betapa kuatnya dampak festival ini dalam membangun jaringan musisi regional. Mereka optimistis, event sebesar Soundrenaline bisa menginspirasi musisi lokal lain di Sumatera bahwa kesempatan tampil di panggung besar itu nyata.
Di sisi lain, veteran festival seperti Jason Ranti (yang berkolaborasi full band dengan Dongker) menunjukkan musisi harus luwes. Setelah selesai membawakan materi baru di panggung, ia langsung pindah ke area The Space untuk sesi live graffiti show bersama Rowe, menukar gitar dengan kaleng pilox.