REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Milkshake menjadi salah satu minuman manis yang digemari banyak orang, termasuk anak muda. Namun sebuah studi terbaru mengungkap minuman tinggi lemak ini bisa berdampak negatif terhadap kesehatan otak, bahkan hanya dari satu kali konsumsi.
Penelitian yang dipublikasikan di The Journal of Nutritional Physiology menunjukkan makanan tinggi lemak, seperti milkshake, dapat mengganggu aliran darah ke otak dan berpotensi meningkatkan risiko stroke serta demensia. Penelitian melibatkan dua kelompok pria yaitu 20 orang berusia 18-35 tahun dan 21 orang berusia 60-80 tahun. Masing-masing mengonsumsi milkshake tinggi lemak yang mengandung 1.362 kalori, 48 gram karbohidrat, dan 9,5 gram protein. Minuman tersebut dibuat dari krim kental, sirup rasa cokelat, gula pasir, dan susu bubuk tanpa lemak.
Para peneliti, yang menyebut minuman ini sebagai "brain bomb", menggunakan USG untuk memeriksa aliran darah ke otak sebelum dan empat jam setelah para partisipan mengonsumsi milkshake, termasuk saat mereka melakukan aktivitas fisik ringan seperti squat. "Hasil kami mengonfirmasi temuan sebelumnya bahwa makanan tinggi lemak dapat menghambat fungsi pembuluh darah yang terkait dengan kesehatan jantung, baik pada peserta muda maupun lanjut usia," kata para peneliti seperti dilansir laman Toronto Sun, Selasa (9/9/2025).
Studi ini menemukan milkshake berlemak tinggi mengurangi kemampuan otak dalam menstabilkan perubahan tekanan darah, sebuah fungsi penting yang berkaitan dengan kesehatan pembuluh darah otak. Efek negatif ini tercatat 10 persen lebih parah pada kelompok usia lanjut, menunjukkan bahwa otak orang yang lebih tua lebih rentan terhadap dampak makanan tinggi lemak.
Meski para peneliti menyebut bahwa sesekali mengonsumsi makanan tinggi lemak tidak langsung menyebabkan kerusakan permanen, mereka menegaskan bahwa efek langsung tetap terjadi.
"Bahkan satu kali makan tinggi lemak memiliki efek langsung pada tubuh," tulis studi tersebut.
Peneliti menekankan pentingnya pola makan rendah lemak jenuh guna melindungi kesehatan jantung dan otak, terutama bagi lansia yang secara alami sudah berisiko lebih tinggi terhadap stroke dan penyakit neurodegeneratif. "Pola makan tidak hanya membentuk kesehatan jangka panjang kita. Itu juga memengaruhi tubuh dan otak kita secara real-time. Dan sebagaimana yang kami pelajari, dalam hal melindungi kesehatan otak, setiap makanan akan sangat berarti," kata peneliti.