Rabu 26 Nov 2025 09:26 WIB

Studi Ungkap Dengar Musik Turunkan Risiko Demensia 39 Persen

Individu yang rutin mendengarkan musik menunjukkan keuntungan kognitif paling kuat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Wanita lansia mendengarkan musik (ilustrasi). Menurut studi, individu yang rutin mendengarkan musik memiliki kemungkinan 39 persen lebih rendah untuk terkena demensia.
Foto: Dok. Freepik
Wanita lansia mendengarkan musik (ilustrasi). Menurut studi, individu yang rutin mendengarkan musik memiliki kemungkinan 39 persen lebih rendah untuk terkena demensia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendengarkan musik setelah usia 70 tahun dikaitkan dengan penurunan risiko demensia yang berarti. Tim peneliti dari Monash University menganalisis data dari lebih dari 10.800 lansia dan menemukan bahwa individu yang rutin mendengarkan musik memiliki kemungkinan 39 persen lebih rendah untuk terkena demensia.

Studi yang dipimpin oleh Emma Jaffa bersama Prof Joanne Ryan, meneliti hubungan antara mendengarkan musik dan bermain alat musik dengan kesehatan kognitif pada orang dewasa di atas 70 tahun. Analisis mereka menunjukkan individu yang konsisten mendengarkan musik, dibandingkan dengan mereka yang jarang atau hanya kadang-kadang melakukannya, memiliki risiko demensia yang lebih rendah sebesar 39 persen.

Baca Juga

Memainkan alat musik juga terkait dengan manfaat tersebut, dengan penurunan risiko demensia sebesar 35 persen. Tidak hanya itu, individu yang rutin mendengarkan musik menunjukkan keuntungan kognitif paling kuat. Kelompok ini memiliki skor kognitif keseluruhan dan memori episodik yang lebih tinggi.

"Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan musik bisa menjadi strategi yang mudah diakses untuk menjaga kesehatan kognitif pada lansia, meskipun hubungan sebab-akibat belum bisa dipastikan," kata Emma Jaffa seperti dilansir laman Science Daily, Rabu (26/11/2025).

Temuan ini muncul di tengah tantangan kesehatan masyarakat akibat populasi yang menua. Harapan hidup yang lebih panjang menyebabkan lonjakan masalah kesehatan di kelompok lansia, termasuk penurunan kognitif dan demensia, yang memberi tekanan lebih pada keluarga dan sistem kesehatan.

Profesor Ryan selaku peneliti senior, mengatakan hingga saat ini belum ada obat untuk demensia. Oleh karena itu, mengeksplorasi upaya pencegahan demensia sangat penting.

"Dengan belum adanya obat untuk demensia, penting untuk menemukan strategi yang dapat membantu mencegah atau menunda munculnya penyakit ini," kata dia.

la menyebut penuaan otak tidak hanya dipengaruhi oleh usia dan genetika, tetapi juga oleh lingkungan dan gaya hidup seseorang. "Studi kami menunjukkan bahwa intervensi berbasis gaya hidup, seperti mendengarkan atau memainkan musik, dapat mendukung kesehatan kognitif," ujar Prof Ryan.

Para peneliti mendasarkan studi mereka pada informasi dari studi ASPirin in Reducing Events in the Elderly (ASPREE) dan substudi ASPREE Longitudinal Study of Older Persons (ALSOP). Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal International Journal of Geriatric Psychiatry.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement