REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit kardiovaskular tidak hanya menyerang usia lanjut. Menurut Cardio Metabolic Institute, saat ini, satu dari lima pasien serangan jantung berusia di bawah 40 tahun.
Statistik ini bahkan lebih mengkhawatirkan bagi wanita, yang memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit jantung, termasuk serangan jantung dan stroke, dibandingkan pria. Namun, sering kali, wanita dengan masalah jantung tidak terdiagnosis atau tidak mendapatkan perawatan yang layak.
Para peneliti meyakini bahwa fenomena ini sering terjadi pada wanita yang tidak memiliki faktor risiko standar untuk penyakit jantung yang secara medis dikenal sebagai “SMuRFs” (Singkatan dari Smoking, Modifiable Risk Factors seperti Undiagnosed, Renal failure, Family history, dan Stress). Empat SMuRFs utama termasuk hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, dan kebiasaan merokok. Karena dianggap "sehat" berdasarkan standar ini, banyak wanita berisiko tinggi luput dari deteksi.
Sebuah studi kardiologi preventif yang baru-baru ini diterbitkan dalam The European Heart Journal menemukan bahwa tes darah bernama hsCRP (high-sensitivity C-reactive protein) dapat membantu mengidentifikasi wanita berisiko yang tidak terdeteksi oleh metode screening tradisional. Ahli kardiologi preventif di Mass General Brigham’s Heart and Vascular Institute,Paul Ridker, MD, MPH, mengatakan wanita yang menderita serangan jantung dan stroke, namun tidak memiliki faktor risiko standar, tidak teridentifikasi oleh persamaan risiko yang digunakan dokter dalam praktik sehari-hari.
"Data kami dengan jelas menunjukkan bahwa wanita yang tampaknya sehat tetapi mengalami peradangan memiliki risiko seumur hidup yang substansial. Kita seharusnya mengidentifikasi wanita-wanita ini di usia 40-an, saat mereka bisa memulai perawatan preventif, bukan menunggu sampai penyakit menetap di usia 70-an, di mana sering kali sudah terlambat untuk membuat perbedaan nyata,” ujarnya dikutip dari laman Best Life pada Senin (8/9/2025).
Studi yang dilakukan oleh tim riset dari Mass General Brigham ini melibatkan 12.530 wanita yang dianggap sehat dan tidak memiliki faktor risiko SMuRF. Mereka menjalani tes darah hsCRP pada awal penelitian dan diamati selama 30 tahun. Selama periode tersebut, terjadi 973 kasus major cardiovascular event (peristiwa kardiovaskular utama) pertama, termasuk serangan jantung dan stroke.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang memiliki kadar hsCRP tinggi, yaitu lebih dari 3 mg/L, memiliki:
-Peningkatan risiko seumur hidup sebesar 77 persen untuk penyakit jantung koroner.
-Peningkatan risiko seumur hidup sebesar 52 persen untuk mengalami peristiwa kardiovaskular utama apa pun.
-Peningkatan risiko seumur hidup sebesar 39 persen untuk stroke.
Kabar baiknya, para penulis studi menemukan bahwa obat statin dapat membantu menurunkan risiko serangan jantung dan stroke sebesar 38 persen pada individu yang tanpa SMuRF tetapi mengalami peradangan. “Meskipun mereka yang mengalami peradangan harus secara agresif memulai upaya pencegahan gaya hidup dan perilaku, terapi statin juga bisa memainkan peran penting dalam membantu mengurangi risiko di antara individu-individu ini,” kata Ridker.
Mencegah serangan jantung dini pada wanita
Selain faktor risiko seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, dan merokok, risiko penyakit jantung juga dapat meningkat karena obesitas, usia, riwayat keluarga, pola makan buruk, kurang olahraga, dan konsumsi alkohol. Penting untuk diingat bahwa gejala serangan jantung pada wanita sering kali berbeda dari pria, yang mencakup nyeri atau ketidaknyamanan di tubuh bagian atas, sesak napas, pusing, keringat dingin, kelelahan, serta mual dan muntah.
Menurut Johns Hopkins Medicine, ada tujuh cara untuk mencegah serangan jantung dini:
-Menjaga berat badan yang sehat.
-Mengikuti pola makan yang menyehatkan jantung.
-Berolahraga secara teratur.
-Menghindari alkohol.
-Bergerak sepanjang hari (hindari duduk terlalu lama).
-Mengelola stres.
-Melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan dan memantau faktor risiko SMuRFs.
Meskipun informasi ini bersumber dari para ahli dan penelitian terbaru, sangat penting untuk selalu berkonsultasi langsung dengan penyedia layanan kesehatan profesional mengenai kesehatan atau pengobatan Anda.
