REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus campak kembali melonjak di berbagai negara, termasuk negara-negara yang sebelumnya telah dinyatakan berhasil mengeliminasi penyakit tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa target eliminasi global campak kini menjadi tujuan yang masih jauh.
Dalam laporan terbaru WHO, kematian akibat campak sebenarnya telah turun drastis sebesar 88 persen sejak 2000 hingga 2024, dengan estimasi 58 juta nyawa terselamatkan berkat vaksinasi. Namun cakupan imunisasi yang menurun membuat penularan kembali meluas.
Dilansir dari CNN, Senin (1/12/2025), WHO mencatat 59 negara melaporkan wabah campak besar atau mengganggu pada tahun lalu, hampir tiga kali lipat dibandingkan 2021. Seperempat wabah terjadi di negara yang sebelumnya dinyatakan bebas campak, termasuk Kanada dan Amerika Serikat.
“Upaya eliminasi global campak masih menjadi tujuan yang jauh,” tulis laporan WHO yang dirilis Jumat (28/11/2025). Lembaga itu menyatakan kemajuan selama beberapa dekade terakhir kini terancam, seiring munculan kembali wabah dan menurunnya dukungan untuk program imunisasi serta surveilans penyakit. Termasuk berkurangnya dukungan pemerintah Amerika Serikat untuk kesehatan global.
Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan 1.798 kasus campak terkonfirmasi sepanjang tahun ini, jumlah tertinggi sejak negara itu mencapai status eliminasi pada 2000. “Campak tetap menjadi virus paling menular di dunia,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus. Meski tersedia vaksin yang sangat efektif dan berbiaya rendah, penyakit ini memanfaatkan celah dalam cakupan imunisasi.
Secara global, lebih dari 30 juta anak tidak mendapat perlindungan penuh terhadap campak pada 2024.