REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rabies masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan mencatat, sejak Januari hingga 7 Maret 2025 ada 13.453 kasus gigitan hewan penular rabies dengan 122 kematian.
Penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus rabies ini tidak hanya ditularkan melalui gigitan, namun juga cakaran hewan seperti kucing. Hal ini disampaikan oleh Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Trisni Untari Dewi.
Cakaran kucing yang tampak sepele berpotensi menularkan virus rabies, terutama jika tidak ditangani dengan benar. "Penularan virus rabies tidak hanya melalui gigitan, tapi juga bisa terjadi melalui cakaran, goresan, atau jilatan hewan yang terinfeksi pada kulit terbuka atau mukosa," kata dr Trisni dalam keterangan tertulis, dikutip pada Kamis (7/8/2025).
la mengatakan virus rabies sangat mudah masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka. Oleh karena itu, penting untuk segera melakukan penanganan pertama jika mengalami cakaran dari hewan yang berisiko.
Sebagai langkah pertolongan pertama, dr Trisni menyarankan agar luka akibat cakaran segera dicuci menggunakan sabun dan air mengalir selama minimal 15 menit. Setelah itu, luka perlu dibersihkan dengan antiseptik seperti alkohol atau povidone iodine.
"Langkah ini penting dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi sebelum korban mendapatkan penanganan medis lanjutan, termasuk vaksinasi rabies jika diperlukan," ujar dr Trisni.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, di Indonesia hewan penular rabies pada manusia umumnya meliputi anjing, kucing, dan kera. Namun, anjing menjadi sumber utama penularan, dengan kontribusi mencapai sekitar 98 persen dari total kasus.
"Cakaran kucing sebenarnya jarang menularkan rabies, tetapi tetap berpotensi jika luka terbuka dan terjadi kontak dengan air liur hewan yang terinfeksi," kata dia.
Gumanti Awaliyah