Senin 08 Dec 2025 17:25 WIB

Teknologi LASIK Tanpa Flap Mulai Dikembangkan di Indonesia, Pemulihan Lebih Cepat

Inovasi teknologi koreksi penglihatan berkembang pesat lewat prosedur yang semakin am

Ilustrasi pengobatan lasik pada mata
Foto: ilustrasi
Ilustrasi pengobatan lasik pada mata

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Inovasi teknologi koreksi penglihatan berkembang pesat menuju prosedur yang semakin aman dan minim invasif. Salah satu terobosan yang mulai hadir di layanan kesehatan mata di Indonesia adalah SiLK (Smooth Incision Lenticule Keratomileusis), teknik LASIK generasi baru tanpa pembuatan flap pada kornea. Teknologi ini dikembangkan menggunakan platform laser modern dari Johnson & Johnson Vision dan dirancang untuk memberikan hasil visual tajam dengan pemulihan lebih cepat.

Pada LASIK konvensional, dokter membuat flap tipis pada permukaan kornea sebelum laser membentuk ulang jaringan. Teknik tersebut masih efektif untuk mengoreksi rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme, namun tetap memiliki potensi risiko pada flap, seperti pergeseran maupun proses penyembuhan saraf yang lebih lama. SiLK mencoba mengurangi risiko itu melalui proses pengangkatan lenticule (jaringan kornea tipis) tanpa flap dan melalui sayatan mikro berukuran sekitar 2–4 milimeter.

Dokter spesialis mata Ricky E. Rooroh menjelaskan bahwa SiLK memanfaatkan laser berenergi ultra rendah dengan presisi sub-mikron. Pada prosedur ini, pembentukan lenticule berlangsung sangat cepat, sekitar 16 detik, sehingga tekanan terhadap jaringan bisa diminimalkan. “Karena tidak ada pembuatan flap, struktur kornea tetap lebih kuat, regenerasi saraf lebih cepat, dan gejala mata kering lebih minimal,” ujar Ricky dalam kegiatan edukasi kesehatan mata di Jakarta, Sabtu (6/12).

Teknologi ini juga diklaim mampu memberikan tingkat kenyamanan lebih tinggi selama tindakan. Profil lenticule yang bersifat biconvex membantu menjaga integritas jaringan kornea sekaligus menurunkan risiko inflamasi. Bagi pasien dengan aktivitas tinggi yang membutuhkan stabilitas kornea jangka panjang, metode tanpa flap ini dinilai dapat menjadi alternatif yang relevan.

CEO KMN EyeCare Rudy Cahyadi menyampaikan bahwa kebutuhan prosedur bedah refraktif terus meningkat, terutama dari kelompok usia produktif yang ingin mengurangi ketergantungan pada kacamata atau lensa kontak. Sejak SiLK diperkenalkan dua bulan terakhir, sekitar 100 pasien telah menjalani tindakan dengan teknologi tersebut dan sebagian besar melaporkan penglihatan membaik keesokan harinya. Meski demikian, ia menegaskan bahwa pemilihan metode tetap memerlukan pemeriksaan ketat sesuai kondisi kornea setiap individu.

Di tengah gaya hidup digital yang menuntut penggunaan layar dalam durasi panjang, gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi masih menjadi persoalan yang banyak dialami masyarakat. Kehadiran teknologi yang semakin presisi dan lebih nyaman diharapkan mendorong akses pelayanan kesehatan mata yang lebih baik dan aman bagi pasien di Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement